Chapter 3

1.3K 203 19
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.

"Apa yang kau lakukan?" bisik Baltran benar-benar tidak mengerti ulah gadis di sampingnya.

"Mengeluarkan kekesalan ku," jawab Aegle dengan suara rendah.

"Kau ...," ucap Baltran terhenti saat Aegle melotot kaget ke arahnya karena tubuh gadis itu tiba-tiba kaku. Baltran akhirnya tahu bahwa Carlos lah pelakunya.

"Ke mari!" seru Carlos memerintah dan Aegle tak bisa menguasai tubuhnya. Gadis itu berjalan menuju Carlos yang menatapnya garang.

"Kau yang melakukannya, kan?" tanya pria bersurai hitam itu tegas. Aegle menggeleng sambil berusaha mati-matian melepaskan pengaruh sihir yang mengikatnya.

"Katakan sebenarnya!" bentak Carlos sambil mencekik Aegle kuat.

"Aku tidak melakukannya!"

"HAH! Kau pikir aku tidak tahu kau memanipulasi pikiran gadis itu, hah! Kau berani uji kekuatan denganku?" Aegle menggeleng dengan ekspresi bingung.

"Apa di sini benar-benar dunia sihir? Benarkah aku yang memanipulasi pikiran gadis itu?" Aegle bercakap-cakap di pikirannya sambil memandang wajah Carlos yang tampan.

"Hei bangsat! Tolong aku!" Aegle mencoba kekuatan pikirannya sekali lagi berusaha meneruskannya pada Baltran.

"Maafkan teman saya, Pangeran," ucap Baltran tiba-tiba sudah di dekat keduanya dengan wajah memohon agar Carlos melepaskan cengkeramannya. Aegle tersenyum sinis menantang pria yang masih betah menjepit lehernya itu.

"Ahk!" Jeritan Carrola seketika memecah fokus Carlos dan lagi-lagi Aegle tersenyum sinis dengan sorot mata mengejek.

"Kau!" geram Carlos.

"Apa?!" tantang Aegle memancing amarah pria itu. Namun lagi-lagi jeritan Carrola yang malu di tengah-tengah kolam ikan itu membuatnya buyar. Lalu bergerak menyelamatkan adiknya.

"Aku akan membalasmu!" jerit Carrola sambil menaiki kereta kuda emas itu.

"Aku akan menantimu, Nona ikan bau!" balas Aegle teriak sambil mengacungkan jarinya dan membiarkan kereta itu pergi dengan mata menatap serius wajah Carlos yang memerah yang Aegle tahu bahwa pemuda itu tengah dalam mode marah high volume.

"Kau benar-benar cari mati," ucap Baltran geleng-geleng kepala.

"Jangan cerewet! Bantu aku memapah gadis ini!" ucap Aegle sambil membantu gadis yang lemah itu berdiri dan memapahnya menuju asrama dengan tatapan campur aduk orang-orang di sekitar mereka.

"Terima kasih," lirih gadis itu sesaat setelah Aegle dan Baltran membantunya duduk di salah satu sofa lobi asrama.

"Santai saja, kita teman dan teman harus saling tolong menolong dalam setiap kesulitan," sahut Aegle dan Baltran hanya mengedikkan bahunya juga sang kucing yang melengos tak suka dengan ucapan Aegle. Aegle ikutan melengos sambil ikut duduk.

"Aku Aegle, kau?" Aegle mengulurkan tangannya untuk berkenalan dan gadis itu menerimanya dengan senang.

"Aku Agnese perwakilan Alvar Uge. Kau hebat bisa memanipulasi pikiranku." Aegle hanya tersenyum saat menyadari bahwa kini ia sudah menambah daftar temannya di negeri asing ini.

"Aku sendiri tidak menyangka kau bisa melakukannya," sambung Baltran. Aegle hanya mengedikkan bahunya karena dia sendiri juga kaget.
Tiba-tiba suara lonceng mengagetkan seisi lobby tak terkecuali ketiga manusia itu.

The Consort ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang