Chapter 10

1K 174 14
                                    

.
.
.
.
.
.

"Kita telah tamat!"

Ucapan Nieva tak terjadi saat kedua pasang matanya menatap pemilik langkah kaki yang membuat jiwa meradang itu adalah seorang gadis bertubuh pendek dengan mata hijau dan jubah hijau yang sangat mereka kenal.

"Wah! Tempat ini menakjubkan!"  seru gadis berkaca mata itu dengan tatapan tak berbohong.

"Kau, Dalila, kan?" Gadis yang hobi membawa buku itu mengangguk sembari mendekat.

"Bagaimana kau tahu tempat ini?" tanya Nieva bingung.

"Aku tak sengaja melihat kalian mengendap-endap dari lapangan lalu kuikuti dan datang terlambat karena banyak penjaga di luar sana," ucap Dalila mendekati penjara Griffin dan ingin menyentuhnya.

"Jangan!" teriak Aegle dan Nieva bersamaan. Dalila begitu kaget dan semakin kaget saat mendengar langkah kaki dengan sepatu boot yang banyak.

"O o, kali ini sepertinya penjaga, ini waktunya lari!" ucap Nieva diikuti Dalila dan Aegle. Sebelum menutup jalur rahasia itu, Aegle sempat menangkap bayangan di sebelah penjara Griffin, namun ketika selesai berkedip bayangan itu sirna seiring pintu sukses menutup.

"Ugk, hampir saja," ucap Nieva ngos-ngosan. Begitupun Dalila yang menjatuhkan tubuhnya ke rerumputan untuk menghindari tertangkap senter penjaga.

"Kau kenapa?" tanya Nieva pada Aegle yang hanya diam saja.

"Aku ... lapar," ucap Aegle beralasan sambil memegang perutnya disambut kekehan pelan dari Nieva.

"Ayo pulang dan makan!" ajak Nieva dan dibalas anggukan oleh Aegle dan Dalila. Ketiganya melangkah mengendap-endap untuk keluar jalur perpustakaan, namun beberapa penjaga melihat mereka.

"Hei! Berhenti!" teriak penjaga itu dan Nieva menggunakan kekuatannya untuk mengikat penjaga itu dengan tumbuhan dan ketiganya berlari menuju asrama.

"Aku ingin tahu alasanku dikirim ke mari, Niev," ucap Aegle dari tempat tidurnya. Nieva yang baru berbaring menatap gadis itu dengan tenang.

"Aku juga penasaran, tapi bagaimana mengetahuinya?" tanya Nieva.

"Guruku pernah bilang kalau sesuatu itu dimulai dari garis awal, dan awalku tiba adalah tempat pameran," ucap Aegle tampak tak bersemangat.

"Pameran? Di kota?" Aegle mengangguk.

"Ehmm ... guruku juga pernah mengatakan kalau yang terpenting dari sebuah rasa penasaran adalah jawaban dan jawaban ada karena dicari. Bagaimana kalau kita pergi mencari tahu?" ucap Nieva memberi ide.

"Seperti Sherlock Holmes!" sahut Aegle riang tanpa sadar kening Nieva mengerut.

"Sherlock Hol-holmes?" eja Nieva merasa asing dengan nama itu.

"Ya, tokoh detektif dalam buku yang sering kubaca saat kecil dulu." Nieva hanya mengangguk tanpa bisa mengerti.

"Bagaimana caranya untuk pergi? Bukankah kita dilarang untuk meninggalkan sekolah kecuali untuk ke asrama?"

"Tenang! Kita pasti menemukan celah, aku janji. Sekarang tidurlah, siapkan tenaga untuk sedikit berkeliling besok!" ucap Nieva mengakhiri pembicaraannya.

The Consort ✔Onde histórias criam vida. Descubra agora