Epilog

4.1K 398 27
                                    

"Udah dua tahun, Al. Tapi rasa sakitnya masih sama. Gue masih pengen denger suara lo, masih pengen lihat tingkah nyleneh lo, masih pengen lo buat emosi."

Jemari lentik Hasna mendarat pada bahu Rion, mengusapnya perlahan. "Jangan buat Alva ngerasa bersalah, oke?"

Tetap saja, jalan pikir Hasna jauh lebih dewasa dibandingkan Rion. Harusnya, Rion menyapa Alva dengan kebahagiaan, bukan dengan menunjukan kelemahannya.

"Maaf."

Rion menghirup napas sebanyak-banyaknya, lantas menghembuskannya perlahan. Sudah cukup satu tahun dirinya larut dalam duka. Walaupun saat itu Rion nampak tegar, nyatanya ia menjadi sosok yang paling emosional begitu jenazah Alva dipulangkan. Beruntung, Hasna tetap menemani dan menyemangatinya hingga ia mampu kembali menjalani hidup, meskipun tanpa Alva.

"Lo udah bahagia 'kan di sana? gue sama Dava udah bener-bener ikhlas, kok. Tenang aja, kita nggak bakal lupa kalo lo pernah jadi bungsunya A bersaudara."

Rion mengalihkan pandang pada Hasna. Ralat, lebih tepatnya pada perut Hasna yang tampak membuncit.

"Gue harap ... mereka bisa mirip sama lo."

Hasna ikut tersenyum, kemudian mengusap perutnya.

"Aamiin."

•••Adelfós•••

Bingung banget aku sama epilognya T-T
Dahlah jadinya cuma gini doang, btw aku mau ndebutin satu cerita baru. Tunggu notifnya ya ^^

AdelfósWhere stories live. Discover now