5.Jogging

3.9K 459 61
                                    

"Tumben banget ngajakin jogging,ngapain sih?"

Muka bantal Alva menjadi satu-satunya objek pandang Rion sejak lima menit lalu.Anak itu bahkan masih memejamkan mata di atas kasur.Padahal,Rion telah siap dengan kaos dan celana training-nya.

Sebenarnya,Rion sengaja mengajak kedua adiknya untuk lari pagi bersama agar tidak ada yang merasa sakit hati karena pertengkaran semalam.

Tetapi,usaha tersebut agaknya tak akan berjalan dengan mulus.Dava saja sudah pergi lebih dulu,sedangkan Alva malah kembali terlelap.Susah memang berperan menjadi seorang Arion Radhika.

"Al,rumah gue kunci.Lo yakin berani di rumah sendirian?" pancing Rion.Kadang,ketakutan dua adiknya memang cukup manjur digunakan sebagai ancaman jika mereka mulai tak bisa diatur.

Setelah berdecak kasar,Alva beranjak dari ranjangnya.Dengan mata yang setengah tertutup,ia mengambil asal pakaian dari dalam lemari.

Menyadari jika kondisi sang adik saat ini masih setengah sadar,Rion kemudian beranjak menghampiri Alva.Begitu tiba di sebelah anak itu,ia merebut pakaian yang telah Alva pegang.

"Apaan sih,njing!"

Rion tersentak,kaget mendengar umpatan itu keluar dengan lancarnya dari mulut Alva.Untung nyawa anak itu belum terkumpul sempurna,jadi sedikit bebas dari hukuman Rion agaknya.

"Nggak ada orang jogging yang pake seragam OSIS," kata Rion dengan nada datar.

Kemudian,ia memberikan pakaian pilihannya kepada Alva.Beruntung bukan Dava yang sedang Alva hadapi saat ini,jika benar Dava yang sekarang berhadapan dengannya,dapat dipastikan Minggu paginya akan dipenuhi oleh berbagai umpatan kasar.

"Udah sana masuk."

Setelah Alva tertelan oleh pintu kamar mandi,Rion berjalan keluar dari dalam kamar.Suasana hening langsung menyambutnya.

Ia menghembuskan napas panjang,menutup pintu kamar,lalu melanjutkan langkah menuju teras.

Tiba di teras,ia mengeluarkan ponsel dalam saku celananya.Berniat menghubungi Dava,tapi hingga panggilan ke tiga belum ada sahutan sama sekali dari seberang telepon.

"Adek dua nggak ada yang bener semua kenapa sih?" monolog Rion dengan wajah kesal.

"Kak Dava mana?" Tiba-tiba Alva muncul,wajah anak itu terlihat lebih segar dibanding beberapa menit lalu.

"Udah duluan."

Nada suara yang Rion keluarkan terkesan dingin,tapi Alva tak menyadarinya.Iya,dia kan tidak peka.

Rion kemudian berjalan keluar dari area rumahnya,Alva menyusul di belakang dengan langkah malas.Berbeda dengan Rion yang mulai berlari kecil,Alva justru semakin tak memiliki niat untuk melangkahkan kaki.

"Kak,tungguin! lo yang ngajak,lo juga yang ninggalin.Kebiasaan! udah kaya gebetan aja minta dikejar,giliran kekejar malah jadian sama yang lain."

"Ih gue ngomong apa sih!" Jijik sendiri ia mengucapkannya.

Tak peduli jika suaranya mampu membuat beberapa ibu-ibu kompleks—yang sedang berbelanja sayuran—menoleh,Alva tetap berteriak meminta Rion menunggunya.

"KAK RION,GUE CAPEK!!" Iya,lelah berteriak maksudnya.

Daripada menganggu aktivitas tetangga sekitar,Rion akhirnya menghentikan langkah.Sesekali tersenyum pada tetangga yang lewat.

Menunggu Alva hingga tiba di sampingnya ternyata memakan waktu yang tak sedikit.Padahal,jarak mereka kurang lebih hanya 10 meter.

"Kak,gue laper,nggak bisa nglanjutin perjalanan." Setelah melaporkan kondisinya,Alva duduk begitu saja pada batu besar yang ada di pinggir jalan.

AdelfósWhere stories live. Discover now