21.Olahraga

2.8K 364 65
                                    

"Nggak usah ikut,Al."

Alva berdecak."Kenapa sih? orang gue nggak kenapa-napa."

Zahran mengacak surainya frustasi.Ezra yang sejak tadi hanya menyaksikan adu mulut  dua kawannya itu kini turut angkat suara."Belum ada seminggu lo keluar dari rumah sakit.Lo mau masuk sana lagi?"

"Doa lo jelek banget,nggak baik tau doain orang kaya gitu!" ketus Alva.Jujur,ia tak suka dianggap lemah.Apalagi kelakuannya yang slengean telah menjadi ciri khas tersendiri di mata orang lain.

Tak ada lagi yang bersuara,Alva telah berjalan ke arah kamar mandi dengan seragam olahraga yang ia bekap di dadanya.Mau tidak mau,Ezra dan Zahran mengikutinya.

"Lo nggak dibolehin ikut olahraga sama kak Rion kan?"

Alva mengangguk acuh sebagai respon atas pertanyaan Zahran.

"Terus kenapa lo ikut?" Kini ganti Ezra yang bertanya.

Ah,apa mereka lupa jika Alva itu sangat sangat sangat sulit mematuhi ucapan sang kakak? apa yang Rion perintah,maka haram hukumnya untuk Alva laksanakan.Begitulah jika digambarkan secara hiperbolis.

"Pengen."

"Pantes kak Rion sama kak Dava sering emosi kalo ngadepin lo."

"Mereka aja yang nggak pinter atur emosi."

Begitu tiba di kamar mandi pria,mereka berganti seragam pada bilik yang berbeda-beda.Usai berganti,mereka berjalan dengan santai ke arah ruang kelas.Padahal suara peluit pak Yahya telah berbunyi,tanda untuk mengumpulkan siswa yang mengikuti pelajaran olahraga pada hari itu.

"Hari ini kelas kita bareng sama kelasnya Kenan,ya?" tanya Alva di tengah perjalanan menuju kelas.

Ezra dan Zahran mengangguk bersamaan.

"Jadi males," gumam Alva.

Zahran menyunggingkan senyumnya dengan lebar,baguslah jika Alva malas bertemu seniornya yang satu itu,sehingga ada alasan yang membuat Alva tak mau mengikuti pelajaran olahraga."Yaudah lo nggak usah ikut."

"Nggak jadi males deh,berantem seru kayanya." Alva terkekeh begitu mendapati wajah masam Zahran.

Selepas meletakan seragam OSIS mereka di meja masing-masing,mereka keluar dari kelas.Berjalan dengan tempo sedang ke arah lapangan.Dari radius dua puluh meter pun,mereka sudah dapat merasakan aura kekesalan pak Yahya.

Tiba di lapangan,mereka membagi senyuman kepada guru muda itu.Baru akan menegur ketidakdisiplinan tiga serangkai tersebut,beliau lebih dulu mengernyitkan dahi."Alva,kamu kenapa ikut? kakak kamu udah kasih tau pihak sekolah kalo—" Sadar jika dirinya diperhatikan oleh anak-anak didiknya,pak Yahya lebih mendekat ke arah Alva.

"Saya lagi nggak sakit kok,Pak.Nggak pa-pa kalo cuma ikut olahraga yang enteng," jelasnya dengan suara pelan.

Beberapa teman sekelasnya kontan menoleh ke arah Alva,mereka masih belum tahu pasal penyakit Alva karena memang tak ada yang bertanya.Bukan mereka tak peduli,tapi sejak dulu Alva itu sering ijin dengan alasan yang beraneka ragam hanya untuk menonton acara televisi yang ditayangkan ketika jam sekolah atau keperluan kurang penting lainnya.Ajaib sekali memang.

"Yaudah cepet masuk barisan."

Tiga sekawan itu segera menempatkan posisi dalam barisan.Setelah Nishad memimpin doa,terdengar kegaduhan yang berasal dari para siswa kelas XII IPA 3.Mereka sedang berjalan ke arah lapangan,kemudian berbaris,tepat di samping kelas XI IPA 1.

"Kenapa bareng sama mereka sih?" tanya Alva pada Fianna yang kebetulan berdiri di sebelahnya.

"Gurunya ada kepentingan pas hari Jumat,katanya sih gitu."

AdelfósWhere stories live. Discover now