6.UKS

5K 501 56
                                    

"Pusing?"

Anggukan lemas tersebut membuat si penanya menjadi sedikit khawatir,iya sedikit karena sosok yang ditanyainya itu sangat hobi berbohong.

"Yaudah ke belakang aja."

"Malu."

Sosok jangkung di sebelah kirinya mengulum bibir guna menahan tawa.Walau hobi membuat kerusuhan,tapi ia juga tau resiko jika mengacaukan kegiatan upacara.

"Lo punya malu,Al?"

Alva melirik tajam sosok itu."Ba tu the cot."

Meskipun kesal dengan tanggapan dari dua temannya,tapi ia juga bersyukur karena cukup terlindungi dari teriknya matahari.

"Kalo lo pingsan di sini,gue nggak mau nolongin," cetus Zahran.Agak kesal juga karena sifat keras kepala anak itu.

"Bodoamat,masih banyak yang punya hati."

Nishad yang berdiri tepat di hadapan Ezra menoleh sekilas ke belakang."Sssst...."

"Treasure," lanjut Alva pelan,disusul kekehan singkat setelahnya.

Suasana hening.Alva sepertinya sedang menyimpan tenaga agar tidak tumbang ditengah kegiatan,tapi semakin ia tak melakukan apa-apa,rasa pusingnya juga semakin menjadi-jadi.

"Amanat kok gitu-gitu terus," keluh Alva.

"Kenapa,Dek?"

Dengan gerakan kaku ia menoleh pada seorang kakak OSIS yang telah berdiri di depan tubuh menjulang Ezra hingga anak itu sedikit memundurkan posisi tubuhnya.

"Kamu dari tadi berisik,mau gantiin amanat bu Inka?"

"Bosen dengerin amanatnya,Kak," jujurnya pada senior perempuan tersebut.

"Alva lagi sakit,Kak,nggak disuruh ke UKS?"

Mendengar hal yang Zahran utarakan,gadis itu langsung menatap wajah Alva yang tampak pucat,walaupun tak begitu kentara."Yaudah UKS aja."

Gadis itu langsung berjalan menjauh usai memberi saran.

"Njir? kok nggak peka banget,kenapa Alvanya malah ditinggal?" Pertanyaan itu keluar dari mulut Zahran disertai ekspresi bingung dan kesal.

"Harusnya Alva yang peka langsung ngikutin kak Reta," sindir Ezra ketika melihat Alva justru mempoutkan bibir karena lelah berdiri,tubuhnya saja sudah tidak dalam posisi istirahat di tempat.

"Males jalan,pingin pingsan aja biar dibawa pake tandu."

Setelah menghembuskan napas kasar,Alva akhirnya berjalan ke belakang.Menyerah dengan panas,pegal,dan amanat yang tak kunjung usai.

"Minta anter petugas PMR," pesan Areta setibanya Alva di belakang barisan.

"Mau sama mantannya kak Dava aja."

Kelopak mata Areta terbuka lebar setelah mendengar ucapan yang keluar dari mulut licin Alva,untung ia masih punya wibawa untuk tidak mengumpat di sini.

Tawa kecil Alva mengudara setelah Areta menarik pelan pergelangan tangannya,berjalan ke arah UKS yang agak jauh dari barisannya.

Tiba di ruang kesehatan tersebut,Areta membiarkan Alva memilih brankar untuk beristirahat.

"Kamu kok ngomong gitu,sih,Al?"

"Emang kenapa? oh gue tau! kak Reta pasti malu pernah pacaran sama kak Dava,kan? salah sendiri milih cowok kok yang buriq gitu."

Mendengar Alva julid itu hal biasa bagi Areta,tapi setelah memutuskan hubungan dengan Dava rasanya berbeda.Lebih canggung dan aneh.

"Kamu sakit apa?" Karena tak nyaman membicarakan topik tersebut,Areta akhirnya menanyakan hal yang memang seharusnya ditanyakan dalam posisi ini.

AdelfósWhere stories live. Discover now