9.Hasil

4.4K 496 63
                                    

Kantin terasa lebih ramai dan sesak ketika pasukan berseragam olahraga mulai bermunculan,mereka adalah para pentolan sekolah yang disegani oleh beberapa kalangan siswa.

Satu dari empat pemuda itu memanggil salah seorang siswa,memerintahnya untuk mengambilkan pesanan mereka.Tak dapat protes,siswa itu akhirnya benar-benar menjalankan perintah teman seangkatannya tersebut.

"Sombong banget," sinis Alva.

Padahal,mejanya dengan meja empat pentolan tersebut hanya berbatas udara.Yang berarti,meja mereka bersebrangan.Kemungkinan besar,mereka mendengar komentar Alva.Bukan hanya kemungkinan,karena empat pemuda bertubuh jangkung itu kompak menatap ke arah Alva sekarang.

Mereka tak asing lagi dengan wajah tengil itu.Siapa memangnya yang tak mengenal adik dari Andava Tanaka dan Arion Radhika? bukan sombong,tapi faktanya memang seperti itu.

"Cari gara-gara dia,Nan," ucap salah satu pemuda tersebut sembari menatap Kenan yang hanya menghembuskan napas kasar,tak tau harus berkata atau pun berbuat apa.

"Males gue berantem sama anak ingusan itu."

Mendengar jawaban yang Kenan lontar,Alva menukikan alis.Tak terima dikata ingusan."Kok ngajak ribut sih?!"

"Udah nggak usah cari gara-gara," peringat Ezra.Netranya melirik ke arah belakang tubuh Alva,kemudian ia beranjak.

"Nanti aja kalo udah pulang sekolah," sambung Zahran dengan suara lirih,ia masih sayang nyawa,tak mau empat seniornya tiba-tiba bertindak nekat karena mendengar ucapan asalnya.

Mengingat nanti,Alva turut ingat jika hari ini adalah jadwal pengambilan hasil tes lab-nya di rumah sakit.Ia penasaran,namun takut akan hasil yang buruk.

Pyar

Alva yang tadinya sedang larut dalam lamunan langsung mengalihkan pandang kepada dua manusia yang sedang saling menatap.Tepat di belakangnya.

Ia beranjak kemudian tertawa kencang melihat seragam Rafa telah basah akibat tumpahan es jeruk yang entah milik siapa.

Anak itu kontan menoleh pada Alva,tak terima karena ditertawai.Sedangkan lelaki jangkung yang berdiri di sebelah Alva hanya menyunggingkan satu sudut bibirnya dengan samar.

"Jadi kaya gitu sambutan lo buat anak baru?" Suara itu mengalihkan pandangan tiga anak yang terjebak dalam konflik pertumpahan air tersebut.

Alva mengernyit,tatapan Kenan berhenti padanya."Kok lo nglihatin gue?"

"Lo sengaja nyenggol gelas yang Rafa pegang supaya airnya tumpah ke seragam Rafa 'kan?"

Beberapa penduduk kantin kini menjadikan mereka berempat sebagai pusat perhatian.

"Sok tau banget,heran," kesal Alva.Sembarangan saja tuduh-tuduh,ia kan tak tau apa yang sebenarnya terjadi.

Ezra yang berdiri di samping Alva mengernyit,kemudian menatap Kenan."Sorry kak,tapi sebenernya gue yang nggak sengaja numpahin airnya."

Ekspresi puas tercetak jelas pada wajah Alva,sedangkan Rafa sudah memasang wajah kesal sekesal-kesalnya.

"Mentang-mentang temen,terus hal salah yang udah temen lo lakuin ditutup-tutupin gitu?"

Jengah juga lama-lama mendengar perkataan yang keluar dari mulut Kenan,suka sekali mencari kesalahan orang lain.Asal tuduh pula.

"Oke gue jujur," kata Ezra,kemudian menatap Rafa yang sudah memalingkan wajah.

"Tadi,anak baru itu mau numpahin air ke Alva,makanya gue senggol air itu supaya nggak jadi tumpah ke seragam Alva.Yaudah,senjata makan tuan kan akhirnya?" Satu sudut bibir Ezra terangkat,dapat ditebak jika Rafa sedang menanggung malu dan kesal secara bersamaan saat ini.Anak itu bahkan langsung pergi dari area kantin,puas juga rasanya memberi sambutan kepada siswa baru.

AdelfósWhere stories live. Discover now