23.Hal Kotor

2.7K 361 58
                                    

Hari ini Alva demam dan Dava mendapat tugas dari Rion untuk mengantar surat izin anak itu.Akhirnya,sebelum berangkat ke kampus,ia lebih dulu mengantar surat izin tersebut ke sekolah Alva.

Begitu tiba di depan gerbang,Dava bertemu dengan Fianna yang baru akan masuk ke dalam halaman sekolah.

"Fian."

Fianna menoleh,bertemu tatap dengan Dava yang baru saja melepas helm-nya.Kemudian berjalan mendekat."Kenapa,Kak?"

Dava mengeluarkan amplop putih dari dalam ransel,kemudian mengulurkannya pada Fianna."Titip surat izin Alva,kalian sekelas kan?"

"Oh ... oke,iya aku sama Alva sekelas kok,Kak."

"Oke,thanks.Gue duluan,ya!"

Setelah kembali mengenakan helm,Dava melajukan motornya.Memecah suasana pagi yang masih hening di area sekitar sekolahan tempatnya menuntut ilmu dulu.Belum sadar jika ada kendaraan lain yang mengikutinya di belakang.

Saat menatap spion,barulah Dava tersadar akan hal itu.Ia mematikan mesin motornya,kemudian menoleh ke belakang.

Sosok yang sedari tadi mengikutinya di belakang,kini mensejajarkan motornya dengan motor milik Dava.Kemudian melepas helm yang dikenakannya.

Dava hanya membuka kaca helm,sorot matanya nampak malas.Malas membuang-buang tenaga untuk berkelahi mau pun bertengkar.

"Adek lo sakit? parah nggak? kayanya sih iya,cuma gue siram es teh aja langsung ijin paginya." Tawa remeh Kenan mengudara.Ekspresinya nampak menjengkelkan,seakan penyakit Alva adalah lelucon.

Ingin sekali rasanya Dava melayangkan pukulan pada manusia setengah iblis itu,tapi sudah ia bilang kan kalo dirinya malas membuang-buang tenaga.Lagipula,kenapa Alva tak pernah menceritakan kejadian itu?

"Masalah lo sama gue,kan? nggak usah bawa-bawa Alva bisa?"

Satu sudut bibir Kenan terangkat,menyeringai disertai decakan pelan."Gue sebenernya juga males mau cari masalah sama adek lo,tapi dia tahan banting banget.Yaudah ... jangan salahin gue kalo hidup Alva nggak bertahan lama."

Dava melempar tatapan mematikan ke arah Kenan.Bisa-bisanya Kenan mengatakan hal itu ketika dirinya dan Rion sama-sama berusaha mencari cara untuk tetap mempertahankan hidup Alva.

"Santai,jangan emosi.Kalo Alva beneran mati di tangan gue,dia nggak bakal ngrasain sakit lagi 'kan? nggak perlu hidup sama kakak yang nggak berguna kaya lo."

"Seenggak bergunanya gue,gue nggak bakal nglakuin hal kotor buat naklukin musuhnya."

Dava kembali melajukan motornya,tersenyum puas di balik helm yang ia kenakan.Meninggalkan Kenan yang menatap kepergiannya dengan tangan terkepal.

"GUE BAKAL LAKUIN HAL KOTOR LAINNYA KE ADEK LO! INGET KATA-KATA GUE!"

◎ ◎ ◎ ◎

Ancaman Kenan pagi tadi ternyata masih terngiang-ngiang pada pikiran Dava hingga siang ini.Terpekur di dalam kamar sembari menatap Alva yang terlelap.Ia bolos dari mata kuliahnya hari ini hanya karena ucapan Kenan.Ah,mungkin tak bisa disebut hanya bagi Dava.

Hembusan napas panjang mengudara.Ia percaya jika Alva mampu menjaga dirinya dengan baik,tapi mengingat kondisi Alva saat ini,kepercayaannya akan hal itu sedikit memudar.

"Kenapa lo harus ketemu orang kaya Kenan sih,Dav?"

Tak bisa dikatakan salah Dava sepenuhnya 'kan? Kenan saja yang masih gencar mencari-cari kelemahan Dava.Padahal apa yang Kenan tuju sudah ada di depan mata,ia hanya perlu melangkah di jalan yang benar untuk dapat mendapatkan hati Reta.Sayang,Kenan telah banyak mengambil jalan yang salah untuk mencapai keinginannya.

AdelfósTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang