12.Kembalinya ceria

3.3K 395 57
                                    

"ANNYEONG!! ALVA YANG SEIMUT BERUANG KEMBALI!! YANG KANGEN SINI BERPELUKAN." Sudah tak salam,langsung koar-koar pula.Pacar siapa sih?

Tangan Alva sudah terbentang,seakan siap menerima pelukan dari teman-temannya.Terlalu not shy sekali memang.Padahal,ia hanya tak masuk satu hari kemarin karena seragam yang harusnya ia pakai masuk ke dalam bak—berisi pakaian yang akan bi Ela cuci.

"Gede rasa banget,dih," nyinyir salah satu siswi yang duduk di barisan bangku depan.

"Daripada minder?" balas Alva kemudian berjalan ke arah bangkunya.Zahran dan Ezra sudah duduk bersama,berarti ia harus menunggu temannya yang sedang beruntung hari ini— karena bisa menjadi teman sebangkunya.Beruntung dalam pemikiran Alva tapi.

"Tuhkan ngeri banget mood-nya si Alva,gue curiga kalo kemarin dia nggak masuk karena lagi masa peralihan alter egonya."

Alva berdehem,kemudian memutar tubuh hingga berhadapan dengan dua teman tiangnya.

"Dasar menantu Dajjal,berdosa banget lo."

"Ya kan gue takut,Al.Mood swing banget lo,kayak cewek."

"Emang cewek doang yang boleh punya mood berubah-ubah? cowok juga bisa kali!"

Bahayanya membicarakan Alva itu ya seperti ini,pembicaraan yang harusnya singkat menjadi sepanjang jalan Anyer-Panarukan.Lebih baik mengalah daripada malu di akhir,Alva kan mulutnya bebas filter.

Brugh

Sebuah tas mendarat pada bangku di sebelah Alva,si pelaku menghela napas panjang.Menyiapkan kesabaran dari setiap hembusan napasnya untuk melakoni peran sebagai teman sebangku Alva seharian ini.

"Nggak ikhlas banget tuh muka,lo nggak mau duduk sama orang ganteng?" sindir Alva.

Kean—siswa beruntung itu—sontak menggeleng dengan lemas.Salahnya juga karena tak datang lebih awal,jika sudah seperti ini kan,ia juga yang menyesal.

Omong-omong,Kean itu masuk dalam jajaran anak pendiam di kelas.Jadi,yang dirugikan tak hanya Kean saja,Alva juga bisa mati bosan jika duduk bersama anak itu.Beruntung Zahran dan Ezra setia duduk di belakangnya.

"Selamat pagi,anak-anak."

Hening menyelimuti kelas,sesaat setelah sosok guru yang mengajar pada jam pertama hadir.Bu Tiara,guru matematika mereka.Guru fleksibel yang bisa sangat serius,juga bisa sangat receh.

Beberapa saat kemudian,tiga puluh enam anak itu kompak berseru,"PAGI BU!!"

Tiba di bangkunya,bu Tiara fokus menatap satu-persatu anak-anak didiknya.Memastikan mereka semua berpakaian rapi dan taat dengan aturan yang ada.

"Zahran,dasinya mana?"

Atensi kelas sontak berpindah pada Zahran,yang dijadikan pusat perhatian justru menyengir tanpa rasa bersalah."Tadi buru-buru,Buk,jadi lupa pake dasi."

"Gue berangkatnya lebih siang dari lo masih sempet pake dasi loh,Zah," tutur Alva dengan polosnya.

"Nah,gimana itu?" Bu Tiara kembali melontar tanya.

Zahran membasahi bibirnya,Alva itu memang luar biasa sekali.

"Maaf,Buk.Dasinya lupa nggak saya pake,ketinggalan di rumah."

"Lupa kok rutin."

Zahran mendengus begitu mendapati Alva tertawa tanpa suara.Tiada nikmat paling indah selain melihat teman dinasehati oleh guru,wajah cengar-cengir mereka sering membangkitkan kebahagian tersendiri bagi tubuh.

AdelfósWhere stories live. Discover now