22.Toko Sepatu

2.5K 320 31
                                    

Setelah hari kemarin hanya Alva habiskan untuk mendekam di dalam rumah,hari ini dirinya kembali bersekolah.Dengan syarat-syarat yang Rion ajukan pastinya.Intinya,Alva harus jadi anak non hiperaktif seharian.Derita duniawi yang sesungguhnya,bagi Alva.

"Kok lewat sini,Kak?"

"Gue mau beli sepatu," tukas Dava.Suaranya sedikit teredam karena mengenakan helm.

"HAH?"

"GUE MAU BELI SEPATU!"

Cengiran Alva muncul begitu mendengar suara ngegas sang kakak.Padahal ia hanya pura-pura tak mendengar.

"Kok nggak bilang dulu,sih? kalo gue nggak mau gimana? gue kan baru sembuh,capek tau."

Tak ada sahutan dari Dava.Entah karena tak mendengar atau memang sengaja mengacuhkan.Yang jelas Alva cukup menganggu konsentrasinya dalam mengendarai motor.

"KAK!"

"DIEM,ANJIR!" Meluap juga emosi Dava.

Alva mencebik tak suka.Ia kan hanya ingin suasana lebih menyenangkan selama perjalanan.Kalau dirinya mengantuk,lalu terjatuh kan fatal juga akibatnya.

Setelah dilanda kebosanan selama sepuluh menit,Dava menghentikan motornya di tempat parkir toko sepatu yang dirinya tuju.

"Kak!"

Dava menghela napas panjang,berusaha sabar dengan sifat cerewet sang adik.Ia menoleh,kemudian mengangkat satu alisnya.

Senyum Alva merekah."Ada kak Reta."

Dava membulatkan bibir,kemudian berlalu masuk ke dalam toko.Respon yang sang kakak tunjukan sangat berbeda jauh dengan apa yang dirinya pikirkan.Ia kira Dava akan salah tingkah kemudian membatalkan rencananya untuk membeli sepatu di toko tersebut atau minimal terkejut.Tapi?

"Kok lo nggak kaget,Kak?" tanya Alva begitu tiba di sebelah Dava.

"Gue udah liat tadi."

Kini,justru Alva yang dibuat terkejut."Kok lo biasa aja sih?"

Dava menoleh pada Alva dengan kernyitan tipis di dahinya."Terus gue harus ngapain? teriak heboh manggil-manggil dia?

"Jangan! malu-maluin gue nanti lo."

"Nyesel gue ngajak lo ke sini."

Bibir bawah Alva terlipat,pipinya sedikit menggelembung.Ada gadis yang terang-terangan mengatakan gemas,beruntung mereka tak sebuas sasaeng.

"Cepet milihnya,capek nih gue."

Dava berdecak,menatap Alva dengan sorot mata lelah."Ya ngapain lo ikutin gue? tunggu aja diluar sana."

"Nggak mau,panas."

"Yaudah diem aja di situ,nggak usah ngikutin gue."

"Nanti kalo gue diculik gimana? gue kan anak polos."

Dava bergidik ngeri.Kenapa dirinya harus ditakdirkan sebagai kakak dari adik seperti Alva?

"Gue sama kak Rion bakal ngadain tasyakuran kalo sampe lo beneran diculik."

"Jahatnya~" tutur Alva dengan wajah khas orang ter-dzalimi.Sengaja agar dijadikan pusat perhatian sepertinya.

"Alva,kak ... Dava?"

Keduanya menoleh.Alva tersenyum lebar hingga gigi-giginya yang berbaris rapi terlihat,sedangkan Dava tersenyum simpul.

"Hai,Kak!"

"Kak Reta sendirian? atau sama pacar? tadi kayanya gue liat ada cowok yang jalan sama kak Reta." Kemudian melirik sekilas pada Dava,ingin tahu ekspresi sang kakak saat ini.

AdelfósKde žijí příběhy. Začni objevovat