7.Konsultasi

4.4K 454 46
                                    

"Gue lagi bingung," lirih Alva agar guru yang sedang duduk pada singgasananya—di depan sana—tak merasa terganggu.

"Ya sama,ini soalnya susah emang."

"Bukan itu!" Walaupun berseru,Alva tetap mempertahankan volume suara yang dikeluarkannya.

"Udahlah gue mau ngerjain lagi."

Alva berdecak sebab respon yang Ezra tunjukan,ingin mengumpat keras-keras,tapi takut mengacaukan suasana tenang kelas.Ia kan sedang malas dihukum.

Akhirnya ia ikut larut dalam aktivitas mengerjakan tugas-tugas fisika dari buku paket di hadapannya.Berkutat dengan angka dan rumus sepertinya memang hal yang cukup mujarab untuk melepas kegundahannya.

Suara bel istirahat berbunyi,tepat setelah Alva menyelesaikan tugasnya.Ia menghembuskan napas lega karena berhasil mengerjakan soal-soal tersebut tanpa kesulitan.Bukan sombong,hanya membicarakan fakta yang mungkin kalian tak ketahui.

"Bukunya ditumpuk di ketua kelas,ya!"

"Yaa,Buk!!"

Setelah guru fisika tersebut keluar,Alva beranjak dari bangkunya.Menarik lengan seragam Ezra agar lekas beranjak dari posisinya.Tak lupa membawa buku tulis yang akan dikumpulkannya di meja Nishad.

Ezra menyentak tangan Alva."Kebiasaan!"

Bukannya merasa bersalah,Alva justru memasang wajah galak.Kedua matanya mendelik."Lelet!"

Di belakang bangku mereka,Zahran tertawa dengan kencang."Lucky banget gue hari ini."

Dengan sangat terpaksa,Ezra beranjak dari tempat duduknya.Zahran ikut beranjak lalu merangkul Alva.

"Tangan lo berat,kebanyakan nglakuin tindakan maksiat ya?!" tuduh Alva,matanya menyelidik.

"Sabar banget gue mah temenan sama manusia kaya lo," ungkap Zahran dengan wajah nista.Ya pantas Alva sering menistakannya.

Alva tak menyahut lagi,memilih berjalan lebih dulu dibanding dua sobatnya karena minder jika berada di tengah-tengah mereka.

Punya rasa minder juga ternyata,toh.Ya jelas punya,tapi gengsi mengakui.

Begitu tiba di kantin kelas dua belas,Alva langsung menyempil di antara orang-orang yang sedang antri memesan makanan.Untung badannya ramping dan kecil,jadi tak sulit baginya untuk keluar masuk dari keramaian.

"Buk,soto ayam nggak pake kecambah ya."

"Tunggu,ya,Al."

"Siaap!"

Ada untungnya juga memang menjadi anak yang dikenal oleh beberapa guru seperti halnya Alva,ia jadi ikut dikenal oleh ibu-ibu kantin.Mungkin karena ada guru yang sering membicarakannya di sini.

Dih pede banget.

"Buk,nanti yang ambil pesenannya si Zahran,ya."

Ibu kantin tersebut mengangguk,Alva kemudian berjalan keluar dari kerumunan.Mencari-cari dua teman tiangnya.

"Zahran,lo antri sana,gue udah bilang sama bu Tina kalo lo yang ambil pesenan."

"Si kampret."

Untung stok kesabaran Zahran cukup untuk menghadapi tingkah Alva,jadi pada akhirnya ia juga melaksanakan perintah anak itu.

"Zra,lo kok diem aja sih?"

Bukan Alva namanya jika membiarkan orang yang ada di dekatnya diam.Ia kan suka keributan.Ralat,bukan suka keributan,tapi hobi memancing keributan.

AdelfósWhere stories live. Discover now