3.Perhatian kecil

5K 541 68
                                    

Kelopak mata Alva terbuka perlahan begitu merasa dahinya tersentuh oleh sesuatu yang sedikit basah.Tatapannya berhenti pada wajah rupawan Rion.

"Kak Rion belum berangkat kerja?" tanya Alva dengan suara sengau.Sepertinya ia akan terserang flu dalam waktu dekat ini.

Rion menghela napas panjang."Nanti,nunggu bi Ela dateng."

Alva kira sang kakak akan berkata,"Mana bisa gue kerja kalo lo lagi kaya gini."

Contoh ketidakmungkinan yang memang tidak mungkin terjadi.

"Kak Dava udah berangkat ke kampus?"

Rion yang masih berkutat dengan ponselnya mengangguk sekali.

Alva memalingkan tatapan dari sang kakak.Ia sering berpikir,sebenarnya dua kakaknya itu menyanyanginya atau tidak sih?

Sehari saja,ia ingin berkumpul bersama kedua kakaknya.Tanpa perkelahian dan adu mulut.

Jika kedua orangtua mereka sudah tak berada di sisinya,kenapa sang kakak tak coba menggantikan peran kedua orangtuanya? Itu harapan yang Alva inginkan sejak dulu.Sejak raga kedua orangtuanya diistirahatkan dalam tanah.

"Gue berangkat dulu,bi Ela bentar lagi dateng.Jangan cari masalah,inget badan."

Alva menghentikan lamunannya ketika Rion berpamitan.Ia hanya mengangguk singkat,tanpa menatap rupa sang kakak.

Setelah Rion pergi dari dalam kamarnya,ia baru menatap punggung tegap sang kakak dari posisinya saat ini.

Alva menghela napas panjang.Ia memang tak seharusnya menuntut lebih.Rion telah susah payah bekerja untuk mencukupi kebutuhan mereka,harusnya ia bersyukur masih mendapat sedikit perhatian dari dua kakaknya.

Alva menyentuh handuk kecil yang menempel pada dahinya."Apaan! ngompres tapi nggak diperes dulu."

Salah satu hal yang membuat kedua kakaknya tak bisa mengasihi Alva layaknya adik.

Alva itu terlalu banyak mengeluh.

Setelah menyimpan handuk pada baskom kecil di atas nakas,Alva beranjak duduk.Menatap jam dinding yang menunjukan pukul 8.

"Gue masih bisa berangkat nggak ya?"

"Nggak usahlah,males.Nanti dihukum lagi."

Suasana yang hening membuat Alva merinding.Walaupun matahari telah bergerak menjalankan tugasnya,tapi jika Alva itu memang penakut mau bagaimana lagi?

"Ah,mending sekolah,deh!"

Alva kemudian turun dari ranjangnya,bergerak mengambil seragam identitas yang digantung di sebelah pintu kamar mandi.

"Mau ngapain lo?"

Seragam yang ia pegang terjatuh,sebuah gerakan reflek ketika terkejut.Ia menoleh pada sosok yang baru saja masuk ke dalam kamarnya tanpa tata krama.Alisnya menukik,kesal karena telah dikagetkan.

Dava terkekeh melihat reaksi yang Alva tunjukan.

Alva mendengus keras-keras,kemudian mengambil seragamnya yang terjatuh di lantai.

"Lawak banget anjir muka lo!"

Tak acuh dengan sang kakak yang sudah duduk pada kursi plastik di samping pintu,ia justru meneruskan langkah ke kamar mandi.

"Nggak usah sok-sokan sekolah,nyusahin temen lo yang ada nanti."

Dava sebenarnya sedang menunjukan perhatian,tapi dasar mulutnya memang tidak disertai filter jadi ya ... begitulah.

AdelfósWhere stories live. Discover now