26.Hilang

2.8K 359 85
                                    

"Lo beneran mau sekolah,Al?"

Alva yang telah menyelesaikan sarapannya,beralih menatap Rion—si penanya.Kemudian mengangguk mantap."Tapi dianter jemput," pintanya sembari memasang cengiran lebar.

"Kok jadi gue sama kak Rion yang repot?" sarkas Dava.

"Masih kesel aja sih lo,Kak?"

Iya,Dava sempat kesal kemarin karena diminta mengambilkan obat Alva yang tertinggal di rumah.Beruntung teman-temannya cukup mengerti.Kalau tidak kan,masalah hidupnya dapat semakin menumpuk.

"Yaudah gue aja," kata Rion,mengalah.Daripada mereka semua terlambat karena harus memperdebatkan hal ini.

Alva tersenyum simpul,kalau begini kan ia bisa menghemat uang sakunya.Untuk membayar kas kelas.

"Uang jajan lo gue kurangin tapi."

Pernyataan yang keluar dari mulut Rion membuat senyum Alva memudar begitu saja.Kini ganti Dava yang tersenyum,senyum mengejek tentunya."Enak kan kalo dianter jemput?"

Alva mendengus keras-keras,bibirnya mencebik kesal."Kok gitu,sih?!"

Dava beranjak,kemudian mengacak rambut Alva dengan kasar."Potongan uang jajan lo buat bayar biaya anter obat lo kemarin soalnya." Setelah itu,Dava berlalu pergi dari area ruang makan.

"JOROK! TANGAN LO BERMINYAK KAN?!"

"Udah,ayo,berangkat!"

Masih dengan wajah yang muram,Alva beranjak.Berjalan lebih dulu mendahului sang kakak.

"Lo nggak bawa tas,Al?"

Langkah Alva berhenti,cengirannya timbul.Kemudian berbalik menghadap Rion."Ambilin dong,gue males muter balik." Wajahnya dibuat menggemaskan,membuat Rion bergidik ngeri.

Beberapa saat kemudian,Rion tiba di samping Alva,lalu menyerahkan ransel yang ia bawakan dari kamar si pemilik.

"Makasih Arion!"

Tak ada waktu untuk meluapkan kekesalannya.Lebih baik mengacuhkannya kemudian segera pergi bekerja.

Alva terkekeh pelan ketika Rion berjalan lebih dulu dengan wajah tak berekspresinya.Dengan langkah cepat ia mengejar Rion,kemudian berdiri di hadapan kakak sulungnya tersebut yang otomatis membuat Rion menghentikan langkah."Apa?"

"Masa pagi-pagi udah kusut gitu mukanya? senyum dong,Kak!"

Jelas saja Rion kebingungan.Sejak kapan Alva sepeduli itu pada hal-hal kecil seperti ekspresi wajah yang dirinya tunjukan di pagi hari? lagipula,Alva kan sudah biasa mendapat respon 'wajah datar' dari orang lain karena ulahnya sendiri.

"Kenapa,sih?"

"Nggak tau,pengen aja bilang gitu."

Kernyitan tipis muncul pada kening Rion.Ia tahu kelakuan adiknya itu memang random,tapi untuk yang satu ini terasa lain baginya.

"Kok malah diem aja,Kak? ayo berangkat!"

Terlepas dari pemikirannya,Rion menghela napas cukup panjang.Kemudian berjalan ke arah garasi.Tak lupa menutup dan mengunci pintu.

Beberapa saat kemudian,mobil Rion keluar hingga tiba di depan pagar.Alva segera menyusul keluar.Setelah menutup gerbang,ia masuk ke dalam mobil.

Perjalanan terasa cukup panjang bagi Rion.Mungkin karena Alva lebih banyak diam.Tapi entah kenapa ...

perasaannya jadi tidak enak.

° ° ° °

"Loh,kok gerimis sih?" monolog Alva,kemudian duduk di bangku panjang yang tersedia di depan ruang kelas XII IPA-1.Omong-omong kelas itu terletak di samping pos satpam,sehingga ia dapat mengetahui kedatangan sang kakak dari sini.

AdelfósWhere stories live. Discover now