UriUzi 2

4.1K 656 116
                                    

Alhamdulillah.
Akhirnya aku bisa update ini cerita.
Jadi, outline nya udah ku buat dan semua kisahnya Uri Uzi udah ku telusuri kedepannya. Semoga kalian suka, ya:)

Jangan lupa vote, kalau banyak yang vote aku bakal cepat-cepat update deh. Sekalipun hari ini banyak yang vote aku langsung update hari ini juga meski harus mikir dan atur pertemuan kisah cinta nya Uri Uzi.

Selamat Membaca❤

***

Seperti hari-hari lainnnya, pagi ini Uri bersekolah. Ia membuka pintu mobil kasar. Uri menghela nafas. Mungkin sekarang ia tengah gila karena membaca pesan Uzi berulang kali. Tadi pagi, Uri sudah menghapus chat-nya dengan Uzi supaya ia tak dapat membacanya lagi. Berlebihan memang, tak ada yang salah. Tapi, entah mengapa pikirannya selalu ingin membaca ulang pesan itu. Sial sekali, bukan?

"ULLY CEPETAN!" teriak Uri pada Ully, adiknya yang bersekolah paud.

"Kakak jangan marah-marah. Nanti Ully bilangin Ayah baru tau rasa lho!" ujar Ully menaiki mobil Uri.

Uri melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Sebelum ke sekolah, ia harus mengantarkan Ully terlebih dahulu. Setelah sampai disekolah, Uri langsung berjalan cepat menuju kelasnya. Tak lupa dengan tas yang ia sandang disebelah bahu kiri.

Dikelas, masih sepi. Untungnya ada Grizella yang tengah duduk merenung di bangkunya. Senyum Uri mengembang. Buru-buru ia menghampiri Grizella.

"Kenapa?"

Grizella tampak kaget akan kehadiran Uri. "Eh, Uri udah datang? Kapan datangnya? Oh, iya, aku lupa kirim PR semalam sama kamu, soalnya tadi malam aku ketiduran."

"Nggak pa-pa. Mana jawabannya? Gue salin, ya? Soalnya gue belum jawab satupun," kata Uri mengambil buku yang sudah dikeluarkan Grizella dalam tas miliknya.

Kurang baik apalagi si Grizella? Sikapnya yang polos dan apa adanya. Nggak suka neko-neko, perhatian, dan suka berbagi kepada orang-orang.

"Uri, kamu kok gelisah gitu? Jawabannya salah, ya? Aku udah cari sampai benar kok."

"Eh, nggak kok. Tangan gue cuma pegal nulis ini."

Setelah selesai menyalin PR, tak lama Queen datang tepat saat bel masuk berbunyi. Uri dan Queen dikatakan sebelas dua-belas. Sama saja. Ketika guru menjelaskan didepan, maka mereka berdua akan mengobrol tentang hal-hal yang penting maupun tidak penting. Berbeda dengan Grizella, gadis itu menyiapkan telinganya dan buku catatan jika ada hal penting yang harus dicatat. Uri dan Queen hanya belajar ketika ujian saja, minimal satu minggu sebelum ujian.

***

Raisya Adriella, gadis itu menatap Uri dengan sinis. Baginya, Uri tak cocok untuk masuk dalam pencak silat ini. Apalagi, melihat bang Arif yang dengan mudahnya menyuruh Uzi untuk mengajari Uri dalam segi hal apapun. Membuat Raisya iri setengah mati! Catat itu. Ia saja yang sudah mendapat sabuk hijau tak pernah diajari Uzi selama ini. Ini tidak adil, pikir Raisya.

"Raisya, ikuti gerakan saya." Suara keras milik bang Arif membuat Raisya terlonjak kaget. Buru-buru ia mengalihkan pandangan lagi.

Uri berdecak kesal. Ia tahu betul kalau Raisya memperhatikannya bersama Uzi. Uri juga tak tahu ini lagi. Kenapa harus Uzi lagi yang menjadi pelatihnya? Tak bisakah yang lain? Dilihat dari banyaknya orang disini, banyak pelatih lain yang bisa di andalkan selain Uzi tentunya.

"Fokus."

"Fokus kok," jawab Uri datar pada Uzi yang berada disampingnya.

"Jangan melamun."

UriUzi [ END ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang