URIUZI 5

3.1K 566 95
                                    

Jangan lupa vote, ya.
Ada typo? Komen aja🤙

Selamat membaca

***

Ujian kenaikan kelas telah berlangsung selama seminggu ini. Latihan silat Uri pun sudah libur seminggu ini. Uri benar-benar lelah rasanya. Seminggu menghafal pelajaran tanpa jeda membuatnya lelah. Bahkan saat ujian pun ia sering tidur bahkan ketika jawabannya belum selesai. Padahal, Uri sudah hafal semua materi pelajaran.

Semua siswa bersorak senang. Naik nggak naik, itu urusan belakangan. Yang terpenting, mereka semua sudah terbebas dari ujian. Jika Uri naik kelas, maka mereka akan menjadi kakak kelas. Kelas 12, kelas akhir.

Didalam kemar nya, Uri menghabiskan waktu tanpa perlu belajar lagi. Ia membuka bad cover dan berbaring memeluk guling. Tangannya memegang hp dengan fokus, memainkan game online yang ia sukai. Sedangkan di atas nakas, ada speaker kecil yang berbunyi mengeluarkan musik.

"Ah, syalan memang." Uri mendengus kesal. Ia membuang hpnya kesal.

Diluar hujan, tapi ia ingin makan martabak. Dingin, Uri berjalan ke jendela kamarnya menatap hujan yang masih gerimis.

"Ada-ada aja deh. Mana hujan lagi," gumam Uri.

Masih ingin dengan martabat, Uri berjalan mengambil jaketnya. Malam ini, ia akan tetap pergi membeli martabak bagaimana pun rintangannya. Uri tak peduli, yang terpenting perutnya terisi dengan keinginannya.

Di ruang keluarga, Uri bertemu dengan mamanya-Rima, ayahnya-Sandi dan adiknya Ully tengah menonton televisi kartun kesukaan Ully, si kartun berkepala kotak berwarna kuning.

"Mau kemana?" tanya Rima.

"Mau beli martabak," jawab Uri sekenanya.

"Ayah titip, ya," kata Sandi.

"Iya, pergi dulu. Assalamualaikum," salam Uri seraya mengambil kunci mobilnya yang tergeletak di atas meja.

Uri berjalan keluar rumah. Ia sedikit berlari menuju mobilnya. Meski hujan gerimis, Uri tak ingin terkena basah. Bukan takut jadi duyung lho, ya.

Cukup lama mencari pedagang marbatak. Hingga lima belas menit berkeliling ia menemukan pedagang martabak yang diimpikan. Uri keluar dari mobilnya seraya mengikat rambutnya.

Pengunjungnya ramai, membuat Uri harus mengambil nomor antrian. Seraya menunggu, Uri memilih duduk. Ia sudah memberi tahu pada orang antri di belakanganya kalau ia berada di antrian sebelumnya.

"Mbak, saya didepan, ya. Tolong di kasih jarak." Uri berkata dengan tegas.

Mbak-mbak itu pun mengangguk. Dia memberi sedikit jarak ke belakang mengosongkan bagian depannya dimana Uri berdiri barusan. Uri memilih memainkan hpnya. Ia membuka aplikasi chat-nya dengan grup kelas. Tak ada yang penting sama sekali.

Tiba giliran Uri, gadis itu hendak melangkah ke depan. Tapi, sebelumnya ada seorang cowok yang lebih dulu memotong antriannya membuat Uri merasa tak terima sama sekali.

***

"Zi, Mama boleh minta beliin sesuatu?"

Uzi mendogak menatap mamanya yang tersenyum seraya mengelus perutnya yang sedikit membesar.  Mamanya hamil, sudah masuk bulan ke lima masa kehamilannya. Semua acara ngidam mamanya hanya Uzi yang memenuhi.

Papanya? Jangan ditanya. Bahkan pria itu tak tahu kalau istrinya sendiri hamil. Pria itu lebih memilih bersama istri keduanya dari pada bersama Uzi dan Sopi-mama Uzi. Uzi sangat menyayangi mamanya. Hanya Sopi lah satu-satunya harta paling berharga dalam hidup Uzi.

UriUzi [ END ] Where stories live. Discover now