URIUZI 15

2.5K 508 150
                                    

Renata berjalan lesu kearah meja makan. Menyebalkan, hari ini ia akan bersekolah ditempat yang berbeda dengan Uzi. Setibanya dimeja makan, Renata menatap Uzi yang sudah duduk tenang seraya memakan sarapannya.

Tanpa aba-aba Renata mengecup pipi Uzi sekilas yang lagi-lagi membuat Uzi membelalakkan matanya, lalu kembali bersikap biasa saja. Hal itu tentu saja membuat Renata makin menjadi karena ia pikir, Uzi juga sangat menyukainya. Buktinya, Uzi tak berontak saat dicium, pikir Renata.

Renata mengambil potongan roti yang sudah Uzi potong kecil-kecil lalu memasukkan ke mulutnya dengan santai, sama sekali ia tak berniat mengambil roti baru. Roti Uzi lebih nikmat.

"Renata, lo bisa ambil aja di sana," ujar Uzi geram. Cowok itu menggeser tempat duduknya.

"Aku maunya roti kamu," bantah Renata, merapatkan kursi nya kembali. 

"Ck." Uzi berdecak.

"Udah, jangan berantem deh. Sana sekolah. Uzi, ingat, ya, antar kan Renata sampai ke depan gerbang. Jangan tinggalin dia. Terus pulang nya juga kamu jemput," pesan Sopi.

"Berangkat," ucap Uzi meninggalkan Renata yang masih diam mematung.

Dengan cepat, Renata berjalan mengejar Uzi. Melihat Uzi yang keluar dari bagasi, Renata berlalu kecil menaiki motor Uzi dan melingkarkan kedua tangan nya di pinggang Uzi.

Pelan Uzi menepis tangan Renata yang berada diperutnya. Jujur, ia kurang suka dipeluk seperti ini. "Jangan peluk."

Renata mengerucutkan bibirnya sebal. Detik berikutnya saat motor Uzi mulai melaju Renata kembali melingkarkan tangannya di pinggang Uzi, ia pun juga menempelkan kepalanya di punggung Uzi.

Saat Uzi menoleh, Renata mencari alasan dengan ucapan, "Aku takut jatuh. Lagian, aku belum terbiasa naik motor," ujarnya. Hal itu lagi-lagi membuat Uzi pasrah akan semua yang dilakukan Renata.

Sedangkan dilain tempat, pagi ini Keluarga Uri malah sibuk mengurus Ully yang sakit. Adik nya itu sakit dari semalaman dan tak mau makan sama sekali. Rima dan Sandi tentu begitu khawatir. Mereka hendak membawa Ully ke rumah sakit, tetapi Uri malah menahan nya karena takut Ully diapa-apakan nantinya.

"Tunggu aja aku pulang nanti. Aku yang bakal rawat Ully. Jangan coba-coba untuk bawa Ully ke rumah sakit," ujar Uri membesarkan matanya.

Rima dan Sandi kompak diam. Dibilang anak takut orang tua, tapi mereka malah takut anak. Nasib. Bahkan Rima dan Sandi pun sama sekali tak membantah ucapan Uri. Mereka, menerima semua yang dikatakan Uri.

"Terus kalau nanti Ully makin panas gimana?" tanya Sandi.

"Telepon."

"Kalau nanti Ully kejang-kejang gimana?" tanya Rima.

"Kasih obat."

"Terus kalau Ully sekarat gimana?" Kini giliran Sandi dan Rima bertanya serempak.

"Mama sama Ayah ada niatan jagain Ully nggak sih? Ayah jangan kerja hari ini. Mama jangan buka toko dulu. Jangan sok sibuk semua deh kalian. Giliran buat anak aja cepat. Giliran ngurus anak aku mulu." Uri mengambil tas sekolahnya yang tergelatak, lalu menyalami Rima dan Sandi bergantian. "Assalamualaikum, aku berangkat," pamit Uri.

Rima dan Sandi saling pandang. Ah, mereka selalu patuh pada Uri. "Ayah sih." Rima menyikut lengan Sandi.

"Kok Ayah?!" Sandi tak mau di salah kan.

"Kita kena semprot Uri lagi deh," gumam Rima pasrah.

***

Pulang sekolah, Uri bergegas mengemas buku-bukunya. Ia harus cepat pulang untuk menjaga Ully lagi. Uri, Grizella dan Queen berjalan beriringan keluar kelas menuju tempat parkir. Uri mengunyah permen karet nya yang sudah satu jam ia kunyah. Bahkan sudah kering rasanya.

UriUzi [ END ] Where stories live. Discover now