URIUZI 11

2.7K 542 139
                                    

Selamat membaca:)

***

Kondisi kaki Uri sudah mendingan. Ia pun sudah bisa menyetir mobil sendiri tanpa bantuan Uzi. Namun, Uzi malah menolaknya karena tak ingin terjadi sesuatu lagi tang mengharuskannya bertanggung jawab lebih lama lagi.

Supaya tak ketahuan teman-teman mereka, Uri berjalan keluar gerbang dan Uzi akan menunggunya di sana. Selama ini pun Queen dan Grizella tahunya kalau Uri berangkat dan dijemput oleh ayahnya.

Grizella memegang tangan Uri supaya memudahkan gadis itu saat berjalan. Setibanya mereka didepan gerbang, Uri tersenyum kearah Grizella yang sudah membantunya.

"Makasih Grizella. Lo emang the best. Tau aja yang gue butuh." Uri mencubit pipi Grizella.

"Iya, nggak pa-pa. Itu udah tugas aku sebagai teman kamu," kata Grizella tersenyum.

"Elah, gue nggak nih?" tanya Queen mencabik kesal.

"Lo aja nggak ada bantuin gue."

"Setidaknya lo berterimakasih sama gue karena gue udah ngikutin lo dari belakang."

"Makasih, Queen," ujar Uri malas.

"Sama-sama." Queen menjawab dengan senang.

Queen menatap kearah mobil Uri yang jauh dari halte sekolah. Ia percaya pada Uri, tapi mengapa mobil ayahnya sangat jauh? Queen mangut-mangut. Ia mengusap dagunya. Minta tumpangan boleh juga nih.

"Eh, gue mau nebeng sama Ayah Sandi boleh, nggak?" tanya Queen.

Uri gelagapan. Queen pasti ingin macam-macam, kata Uri dalam hati. Sebenarnya ia ingin cepat masuk ke dalam mobil. Tapi, mengingat Grizella dan Queen yang memaksanya untuk membantu Uri berjalan padahal sendiri juga bisa.

"Jangan deh. Lain kali aja. Masalahnya gue sama Ayah mau ketemu sama kliennya dulu," alibi Uri, tentunya dengan wajah yang diatur setenang mungkin.

"Nggak percaya. Kalau gitu gue lihat dulu, ya." Queen langsung berlari meninggalkan Uri.

Dengan cepat, Uri memaksakan kakinya untuk berlari mengejar Queen yang sudah hampir sampai. Grizella dibelakang pun selalu meneriaki Uri agar tak berlari kencang karena kakinya masih sakit. Kaki ini bukan alasan untuk Uri menjadi lamban, ia harus mengejar Queen.

"QUEEN BERHENTI LO!" teriak Uri tak tahu tempat.

"WLEKK. SIAPA YA DI MOBIL LO?!" balas Queen berteriak seraya menjulurkan lidahnya.

Dan tepat. Queen mengernyitkan dahi bingung. Kosong? Tak ada pengendara didalamnya. Ah, Uri benar. Pasti Uri dijemput oleh Sandi karena biasanya Sandi tak pernah berada di mobil menunggu Uri, melainkan di kedai sebelah meminum kopi.

"Huft, kenapa lo?" tanya Uri. Dadanya sudah naik turun takut jika Queen benar-benar melihat Uzi.

"Gue pulang dulu, bye. Yuk, Griz." Queen langsung pergi seraya membimbing Grizella seperti anak kecil.

Uri menatap punggung Queen. Tunggu? Kenapa dia tak protes sama sekali? Biasanya Queen akan protes dengan apapun yang ia lihat. Atau gadis itu akan berbicara dengan banyak kata dan jangan lupakan, pertanyaan rempong nya.

"Kenapa, ya?" Uri pun mengintip sedikit di kaca mobil nya.

"Alhamdulillah, untung aja si Uzi nggak didalam." Uri mengelus dada syukur.

Sedangkan diseberang, Uzi tengah berkumpul bersama teman-temannya. Mereka semua sudah bolos dari jam terakhir tadi. Semua itu mereka lakukan hanya untuk senang-senang. Kapan lagi? Hidup cuma sekali!

UriUzi [ END ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang