UriUzi 26

2.6K 682 1.1K
                                    

Avv, karena banyak yang protes pendek kemarin aku update lagi deh. Lagian vote tinggal 10 lagi tembus. Oke, terimakasih sudah setia menunggu cerita ini.
1500 kata cukup panjang lah. Karena kemarin cuma 1200 kata.

Sebelum baca jangan lupa vote, ya🤯

Selamat membaca❤

***

Hari ini Uri memutuskan untuk ke tempat latihan silat. Setelah berperang dengan pikirannya selama bolos hari ini, akhirnya keputusannya akan pergi ke tempat latihan. Jangan pikir kalau dia akan pergi latihan lagi. Salah besar, dia hanya ingin mengambil seluruh barang-barang yang ada di tempat silat untuk dibawa pulang.

Uri menyerah. Ia sangat malas hanya sekedar bertemu Uzi. Uri yakin, pasti Uzi akan membawa Renata ke tempat latihan karena katanya kan, Uzi akan menjaga Renata setiap saat.

Setibanya di tempat latihan, ia disambut anak-anak lain yang sedang latihan. Uri sengaja datang terlambat, ya, karena niatnya hanya ingin mengambil barang saja. Pertama, ia menghampiri bang Arif yang sedang meminum air mineral di salah satu kursi yang tersedia.

"Bang." Uri memberi hormat pada bang Arif.

"Datang juga. Kenapa nggak latihan? Kamu dihukum, ya," ujar bang Arif.

Resiko nggak masuk tanpa kabar ya begini. Di hukum. Lari sepuluh keliling untuk satu hari tak hadir, dan dapat berkali lipat jika tak hadir dalam beberapa hari.

"Oke, Bang. Sebelumnya, ada yang ingin saya katakan pada Abang," ucap Uri sungkan.

Jujur saja, ia sudah terlalu nyaman berada disini. Tak apa, untuk sementara waktu saja. Untuk saat ini, ia hanya fokus belajar ditambah akhir-akhir ini nilai nya turun drastis dari biasa.

"Ada apa?" Bang Arif menaikkan sebelah alisnya.

"Nanti aja, Bang. Saya lari dulu."

Dua puluh putaran. Ini bukan hal biasa bagi Uri. Sebelumnya ia hanya berlari sepuluh putaran paling jauh. Oke, tak apa. Ini salahnya yang sok galau memikirkan Uzi sampai tak hadir latihan silat dua hari ini. Uzi saja tak memikirkannya malahan pasti senang-senang bersama Renata, pikir Uri kesal.

Lima putaran, Uri sudah lelah. Ia mengusap keringat yang mengalir di pelipisnya dengan tangan. Lebay banget, batin Uri. Baru lima putaran sudah lelah, biasanya sampai sepuluh putaran ia tak pernah merasakan lelah.

Disisi lain, Uzi menatap Uri yang tengah berlari di lapangan. Muridnya sudah tidak ada. Naya entah dimana sekarang bersama Liko. Sedangkan Uri tak ada kabar dua hari ini. Sementara ini, Uzi hanya melatih anggota baru yang belum terlalu paham tentang silat.

"Om, dia kenapa?" tanya Uzi pada bang Arif yang sudah berdiri di sampingnya.

"Uri, kan, nggak masuk dua hari, Zi. Makanya saya hukum."

"Nggak usah dihukum, Om."

"Kenapa? Itu sudah peraturan disini," ujar bang Arif menaikkan sebelah alisnya.

"Dia udah minta izin sama saya," cicit Uzi menggaruk kepalanya yang tak gatal sama sekali. "Tapi saya lupa kasih tau, Om," lanjut Uzi lagi. Ah, kapan Uri minta izin padanya?

"Lho, kenapa nggak bilang?"

"Makanya saya bilang sekarang," ucap Uzi kikuk.

Tampak bang Arif menghembuskan nafas pelan. Secara kompak, bang Arif dan Uzi kembali melihat ke arah lapangan. Wajah Uzi langsung berubah kaget saat melihat Uri dan Bara tengah berlari bersama.

UriUzi [ END ] Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ