UriUzi 4

3.4K 592 173
                                    

Hayyyyy
Jangan lupa vote, ya, Sayang❤
Ada typo komen aja, ya.

Selamat membaca

***

Dua minggu ini Uri benar-benar di sibukkan dengan segala kegiatannya. Latihan silat yang padat setiap harinya, apalagi ia yang akan naik sabuk. Minggu besok sudah masuk ujian naik kelas, sedangkan Uri belum belajar sama sekali.

Bahkan, tak ada waktunya untuk belajar. Katanya, dua hari lagi tempat latihan akan ditutup supaya anggotanya bisa fokus untuk menghadapi ujian naik kelas ke depan. Selama ini tak ada yang berubah di tempat pelatihan silat, masih sama saja. Uzi juga masih menjadi pelatih Uri. Kata bang Arif, sampai Uri bisa mengenal semuanya.

Saat ini, Uri tengah latihan silat bersama Uzi yang ada didepannya. Tak ada yang berbeda, mereka berdua masih jarang berbicara. Hanya ada kata-kata penting saja mereka akan berbicara.

"Istirahat." Uzi berujar dengan suara beratnya lalu meninggalkan Uri yang berdecak kesal.

Uri berjalan pada bangku. Ia duduk seraya meminum air mineral yang telah disiapkan. Uri mengernyit heran melihat tangan seseorang yang ada didepan wajahnya.

"Minum." Uzi menyodorkan segelas teh hangat.

"Nggak."

"Minum."

"Udah."

"Ini."

"Nggak."

Uzi berdecak. Ia duduk di samping Uri seraya meraih tangan gadis itu untuk meminum teh hangat yang disuruh bang Arif. Uzi tak suka ditolak. Selain itu, ia juga tak suka berbicara banyak dengan orang-orang.

"Minum, Uri," ucap Uzi sedikit kesal.

Dengan kesal, Uri mengambil gelas yang berisi teh itu. Langsung saja ia meneguknya cepat.

"Jangan cepat-cepat nanti ke-selek."

Dan benar saja, setelah mendengar suara Uzi yang melarangnya cepat-cepat minum. Detik berikutnya, Uri merasakan pedih di dadanya sekaligus batuk-batuk karena salah ke-selek.

"Gue bilang apa coba?" geram Uzi menepuk-nepuk punggung Uri pelan.

"Elo nya ngomong," balas Uri setelah sedikit baikan.

"Cuma ingetin!"

"Sama aja," balas Uri tak terima.

"Terserah."

Uri berdecak kesal. Ia melirik sekilas pada Uzi yang masih berada di sampingnya. "Ngapain?" tanya Uri.

"Duduk," jawab Uzi santai.

"Pindah," usir Uri mentah-mentah.

"Nggak."

"Masih banyak tempat lain," kata Uri.

"Maunya disini."

"Ter---"

"Uzi, mending lo jangan dekat-dekat deh sama Uri. Uri itu kayaknya gimana, ya?" Raisya Adriella, gadis itu tiba-tiba saja datang menatap Uri sinis.

"Apaan sih lo?" kesal Uri menatap Raisya tajam.

"Uri itu nggak pantas masuk anggota kita. Dia bukan kriteria dari anggota yang kita---"

"Nggak ada hak buat atur. Yang berhak cuma Om Arif," potong Uzi cepat.

Raisya terdiam. Ia menatap Uri yang sudah acuh tak acuh. Sial sekali. Disini tak ada yang mau berpihak padanya untuk menjatuhkan Uri supaya keluar dari sini. Tak ada yang berpihak membuat Raisya semakin membenci Uri.

UriUzi [ END ] Where stories live. Discover now