Chapter 2

1.4K 150 3
                                    

To all the boys I've loved before

Sepertinya aku harus memberitahu kalian sesuatu tentang Tawan.

Tawan dan New sudah berpacaran selama 2 tahun. Sebelum New bersama dengan Tawan.

'Tawan is my first BOY FRIEND'

.
.
.
.
.

Eitss... Jangan salah paham dulu Tawan dan aku tidak pernah pacaran, lebih tepatnya dia teman laki-laki pertamaku.

Tawan dan aku saling berteman sejak kecil. Aku suka bercerita dengannya tentang apapun karena kami saling mengerti satu sama lain.

"Tay.. coba kau pilih mana yang lebih baik. Lebih baik hanya minum satu jenis air sepanjang hidupmu atau minum berbagai jenis air yang kau suka tapi harus ada setetes air kencing didalamnya?" itu adalah pertanyaanku padanya saat kami masih sekolah menengah atas saat itu aku dan Tawan duduk berdua di bangku dekat lapangan basket.

Seperti yang ku katakan sebelumnya, aku bisa membicarakan apapun dengannya bahkan pertanyaan-pertanyaan konyol yang masuk akal ini contohnya.

"Air kencingnya berwarna putih atau kuning?" tanya Tawan sambil berpikir

"Hmm.. Seharusnya sih ada warna kuning sedikit"

"Sudah jelas aku pilih air kencing, aku tidak bisa hanya hidup dengan satu jenis air saja.. Haha" jawab Tawan sambil tertawa.

"Yah tentu saja, jawaban satu-satunya adalah air kencing." jawabku, lalu kami tertawa bersama.

Saat New hadir diantara kami, kami tetap bersama dan saling bercerita walau sedikit berbeda..

"Tentu saja aku pilih satu jenis air, air jernih" Jawab New saat kami bertiga.

"Oh aku juga sama denganmu babe, air putih" dan itu adalah jawaban Tawan saat mereka sudah resmi pacaran. Huh.. dasar budak cinta.

Tawan dan New selalu mengajakku saat mereka berkencan karena mereka takut aku akan merasa ditinggalkan. Mereka mencoba melakukannya senormal mungkin tapi tetap saja aku akan berakhir seperti nyamuk diantara mereka.

Well, walau itu sedikit menyakitkan untukku tapi aku turut bahagia untuk New. Tawan adalah pria baik. Mereka memang serasi. Seandainya aku menyadari perasaan ini lebih cepat mungkin aku bisa punya kesempatan, tapi sepertinya itu tidak akan pernah terjadi.

"Gun, ayo kita pergi makan siang bersama" ajak Tawan

"Maaf Tay, aku ada janji dengan temanku di klub kalian berdua duluan saja" jawabku.

"Ya sudah kita pergi duluan ya, bye" ucap New sambil melambaikan tangan padaku.

Aku langsung bergegas ke klub fotografi dan menemui temenku Punn.

"Hai Gun kok kamu terlihat lesu gitu, hmm.. biar kutebak kamu pasti menghindari mereka kan?" tebak temanku Punn

"Biasalah, ujung-ujungnya juga aku jadi nyamuk lebih baik aku disini saja" jawabku.

"Daripada kamu menghindari mereka terus menerus kenapa gak coba cari cowok lain aja.. Gun" usul Punn.

"Untuk saat ini aku tidak tertarik, aku masih betah single aku punya cara sendiri untuk move on" jawabku.

Yapp, aku punya cara sendiri untuk move on setiap kali aku galau. Mungkin nanti aku akan melampiaskannya saat aku di rumah.

.
.
.
.
.
.

Tbc

To all the boys I've loved before II Gun Atthaphan Ver.Where stories live. Discover now