Chapter 51

545 81 2
                                    

To all the boys I've loved before

"Jangan bermain-main dengan perasaanku hanya karena kamu tidak yakin dengan perasaanmu sendiri" ucapku pelan lalu kuputuskan sambungan panggilannya.

Yang ingin kulakukan saat ini adalah menangis dan berteriak, membiarkan semuanya keluar karena rasa itu menyakitiku di dalam hatiku.

.
.
.
.
.
.

Aku berjalan masuk ke gedung mengabaikan orang-orang yang sedang bergosip dan tentu saja topiknya semua tentang aku...

Mereka semua pasti sudah tahu aku putus dengan Off, wajar saja semua gosip itu cepat tersebar karena kemarin kami bertengkar di kantin kampus.

Hari ini, aku, New dan Tawan kembali berjalan bersama lagi. Aku senang New sudah tidak salah paham padaku dan Tawan.

"Aku senang kalian sudah baikan" ucapku senang melihat New dan Tawan yang ikut berjalan bersamaku.

"Sudahlah Gun tidak perlu membahas masa lalu, lupakan saja yang sudah berlalu" ucap Tawan.

"Tay benar, lebih baik kita terus berhubungan baik satu sama lain" ucap New.

Selama kami berkeliling, kami bertiga tertawa bersama dan saling bercanda bersama.

"Gun, ayo kita makan siang bersama di kantin" ucap New.

"Maaf, sepertinya aku tidak bisa ikut hari ini aku akan makan siang di rumah saja" jawabku

"Benarkah? Kalo begitu bagaimana jika aku dan Tay ikut denganmu saja lagipula kami sudah tidak punya kelas lagi hari ini" ucap New antusias.

"Mm... Baiklah, kalian aku undang makan siang di rumahku" ucapku tersenyum.

"Kalau begitu kita pergi saja sekarang, aku sudah tidak sabar memakan masakan Gun lagi" ucap Tawan antusias.

"Tunggu sebentar temanku, aku harus mengambil sesuatu di lokerku terlebih dahulu" ucapku pada mereka.

"Hei, kenapa disana terlihat ramai sekali?" ucap New sambil mendongakkan dagunya.

"Kau benar, ada apa ya? Wait! Gun, bukankah itu loker milikmu?" tanya Tawan.

Tawan benar, kenapa ada banyak orang yang berkumpul di lokerku?! Sebelum aku mulai berjalan ke arah loker, tiba-tiba Punn menghampiriku "Hosh... Hosh... Gun, berhenti! Kau tidak boleh kesana, lebih baik kau pergi dari sini sekarang!" ucap Punn dengan nafas yang masih memburu dan menahan tubuhku.

Aku memilih tidak menghiraukan peringatan dari Punn lalu berjalan mendekat ke arah gerombolan tersebut. Rasa penasaranku menjadi hilang dalam sekejap kala melihat sebuah gambar yang bertengger pada pintu loker bergambarkan diriku dengan Off yang sedang berciuman di kolam.

Cukup sudah! Sekarang aku benar-benar kesal. Pasalnya gambar yang terpajang itu juga diserta tulisan makian yang ditujukan untukku.

Tawan yang baru menyusulku ikut terkejut melihat lokerku. Dengan geram Tawan mengambil gambar lalu berteriak marah "Siapa yang berani melakukan ini Hah?! Ayo maju sini!! Dasar pengecut!"

Aku yang sudah tidak tahan terus berada di keramaian ini berlari menjauh secepat mungkin hingga tanpa sadar aku menabrak orang di depanku.

"Woah... Woah... Hei ada apa?! Apa yang terjadi" ucap Off sambil menahan tanganku.

Dengan kesal aku berteriak "Apa kau sudah puas sekarang? Kau senang kan membuatku malu begini!! Aku benci padamu!" teriakku sambil berusaha melepaskan tanganku darinya.

"Hei kau! Kalo kau bukan seorang pengecut, jelaskan sesuatu tentang foto ini pada semua orang!!" ucap Tawan marah sambil melempar secarik kertas pada Off.

Off yang melihat kertas itu segera melepaskan tanganku lalu berteriak keras "Kalian semua dengarkan aku baik-baik! Di dalam foto ini tidak terjadi apa-apa dan ini bukanlah urusan kalian semua! Jika aku dengar kalian membicarakan hal buruk tentang Gun, aku akan menghajar kalian semua! Paham!!"

Semua orang yang mendengar teriakan Off menjadi terdiam dan saling membubarkan diri. Kemudian Off berjalan mendekatiku lalu berkata "Gun.. aku benar-benar minta maaf soal ini, jika aku tahu siapa yang melakukan ini-"

"Aku tahu siapa yang melakukannya, kali ini akan ku hadapi dia" potongku cepat.

"Tidak Gun, kali ini biar aku yang bicara dengannya. Kau tidak perlu melakukan apapun" ucap Off berusaha membujukku.

"Tidak perlu, ini adalah hal yang harus ku tangani sendiri" jawabku padanya lalu berjalan pergi meninggalkan Off.

.
.
.

Sesuai perkiraanku, Mild sedang sibuk berlatih di aula kampus lalu kulihat ia berjalan pergi ke arah toilet. Tanpa pikir panjang, aku mengikutinya dan ikut masuk ke dalam toilet.

Mild yang sadar dengan kehadiranku berkata "Um.. Permisi, sepertinya kau sudah salah masuk toilet... Ini adalah toilet perempuan"

"Aku tahu, aku sengaja kesini karena aku memang ingin menemuimu" ucapku datar.

"Apa? Memang ada urusan apa kau menemuiku?" ucapnya dengan senyum sinis tercetak di wajahnya.

"Aku tahu kau yang merekam dan menyebarkan video itu" ucapku to the point.

"Uh... Tidak, itu bukan aku" jawabnya santai.

"Tapi, asal kau tahu saja.. Jika ingin bermesraan di tempat umum, kau harus terima akibatnya" lanjutnya lagi sambil mengering tangannya di hand dryer.

"Mild, aku tahu kau yang melakukannya karena kau juga hadir di pesta itu. Berhentilah berbohong" balasku tak kalah sinis.

"Kau tahu? Aku merasa lega pada orang yang menyebarkan video itu. Akhirnya semua orang akan melihat dirimu yang sebenarnya" ucapnya sinis.

"Apa maksudmu? Sebenarnya apa yang sedang kau bicarakan?" tanyaku bingung karena tidak paham dengan perkataannya.

"Yang ku maksud adalah kau! Berani sekali kau mencium laki-laki yang ku suka bahkan sekarang kau berpacaran dengannya!" ucap Mild padaku dengan nada tinggi.

"Oh God... Jadi kau marah padaku karena itu? Menurutmu aku merebut Off darimu?! Kau bahkan sudah putus dengannya!" balasku menyerang Mild.

"Tidak hanya itu saja yang membuatku kesal, sebelum aku berpacaran dengan Off kau juga berani menciumnya di depanku padahal kau sangat tahu aku naksir padanya!"

"Maksudmu saat kita sma? Ck.. Kau tahu saat itu kita bermain spin the bottle dan itu hanya sekedar menempelkan bibir saja! Kau benar-benar berlebihan!!" sindirku padanya.

"Oh iya? Tapi bagiku tetap saja itu bukan hanya sekedar menempelkan bibir!!" ucapnya sambil berlenggang pergi meninggalkanku dan membanting pintu dengan keras.

Apa yang Mild katakan padaku membuatku tersadar bahwa selama ini Mild mengawasiku sejak lama.

Aku selalu mengira kalau tidak ada seorang pun yang memperhatikan apa yang telah aku lakukan. Itu adalah satu-satunya hal yang ku tanamkan di dalam pikiranku. Tapi, ternyata aku tidak se-gaib yang ku kira.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc

To all the boys I've loved before II Gun Atthaphan Ver.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang