Chapter 52

617 87 1
                                    

To all the boys I've loved before

Apa yang Mild katakan padaku membuatku tersadar bahwa selama ini Mild mengawasiku sejak lama.

Aku selalu mengira kalau tidak ada seorang pun yang memperhatikan apa yang telah aku lakukan. Itu adalah satu-satunya hal yang ku tanamkan di dalam pikiranku. Tapi, ternyata aku tidak se-gaib yang ku kira.

.
.
.
.
.
.

"Jadi, itu semua ulahnya Mild?" tanya New padaku.

"Dia bilang tidak, tapi aku tahu itu semua memang ulahnya" jawabku malas sambil membereskan piring makanan di meja.

"Woah... Tetap saja aku masih tidak percaya" ucap New sambil menyandarkan badannya di sofa.

"Aku juga tidak menyangka, Mild sudah menyimpan dendam padaku sejak lama. Itu benar-benar membuatku merinding padahal aku selalu mengira bahwa aku tidak lebih hanya sebuah karakter figuran yang tidak terlalu pending" jawabku sambil mengantarkan minuman ke ruang keluarga dan meletakkannya di atas meja.

"Gun, aku tahu selama ini kau selalu menganggap remeh dirimu padahal menurutku kau memang punya daya tarik yang unik. Kau bukanlah tidak mengetahuinya, tapi kau sendiri yang takut untuk mengakuinya" ucap Tawan.

Ucapannya mengingatkanku pada Off, dia juga berkata bahwa aku mempunyai kepribadian yang unik.

"New, apa aku boleh bicara dengan Tawan sebentar saja? Ada sesuatu yang ingin ku ungkapkan padanya?"

"Mm... Boleh saja, apa kau ingin aku menunggu diluar rumah?" tanya New.

"Kau tidak perlu kemanapun, kau boleh menunggu disini saja dan mendengarkan kami. Aku... tidak ingin ada rahasia lagi diantara kita" ucapku pelan.

"Baiklah, aku mengerti" ucap New tersenyum.

"Mm... Tay, aku tidak harus memulai ini dari mana karena aku tidak pernah membayangkan hal ini sama sekali" ucapku malu menatap wajahnya.

"Tak apa, ungkapkan saja dengan pelan-pelan" jawab Tay sambil menepuk pundakku.

"Mmm.. Jadi, ini sama halnya dengan mengemudi, oke? Akhir-akhir ini aku merasa berada di kursi penumpang dalam hidupku. Aku mencoba untuk mengambil alih kemudi, tapi tak tahu bagaimana caranya."

Tawan yang terlihat seperti sedang berpikir dengan santai ia menjawab "Oke, aku menyerah... Aku tidak tahu sama sekali apa yang kau bicarakan"

Aku yang terkekeh mendengar jawabannya membalas "Baiklah, biar aku ulangi lagi..."

"Kau adalah teman pertamaku. Di antara semua surat yang ku tulis, surat milikmu lah yang paling nyata. Sedangkan surat-surat yang lainnya berasal dari fantasiku saja. Surat yang ku tuliskan untukmu adalah berisi tentang kekagumanku pada dirimu. Rasa cintaku padamu sudah hadir sejak lama tapi aku baru menyadarinya saat kau mulai berkencan dengan New. Kemudian, seiring dengan berjalannya waktu perasaan cinta itu sudah hilang, dan sekarang aku hanya menganggapmu sebagai sahabatku. Aku minta maaf karena baru mengungkapkannya sekarang" ucapku pelan.

"Kau tak perlu minta maaf, aku pikir aku bisa mengerti kondisimu. Aku paham kau perlu waktu untuk ini" ucap Tawan.

"Thanks Tay... Kau memang sahabat baikku" ucapku tulus.

"Jika kau sudah tidak mencintaiku lagi, lalu bagaimana perasaanmu pada Off ?"

"Bukankah kau membencinya? Kenapa kau bertanya seperti itu?" tanyaku usil.

"Haha... Aku memang tidak suka padanya, tapi aku suka cara dia membelamu hari ini. Seharusnya sejak awal dia melakukan itu. Tapi tetap saja dia seorang atlet, tidak heran mereka lambat berpikir" ucap Tawan sambil tersenyum mengejek.

"Haha... Sombong sekali kau" ucapku yang juga ikut tertawa bersamanya.

"Aku tahu saat ini kau merindukannya Gun, kenapa kau tidak coba bicara dengannya lagi?" tanya Tawan.

"Hhh... Aku tidak bisa" jawabku lesu.

"Kenapa memangnya?" tanya New tiba-tiba.

"Karena hubungan kami hanya pura-pura. Aku takut merasa kehilangan dan aku juga tidak yakin ia memiliki perasaan yang sama denganku" jawabku pelan.

"Gun, setidaknya kau harus berani mencoba. Kau harus mengungkapkan perasaanmu padanya. Kau tidak bisa terus saja berdiam diri kamar dan terus menulis surat cinta yang bahkan tidak akan pernah kau kirim. Jika bukan karena adikmu yang mengirim semua surat itu, Off tidak akan pernah datang dalam hidupmu" ucap New.

"Kau benar, Tapi tetap saja aku... Entahlah, aku merasa aku sudah sangat lelah untuk berjuang. Sesekali, aku juga ingin diperjuangkan. Mungkin akan lebih bagus jika aku mendapat surat cinta" ucapku tersenyum getir sambil menyandarkan kepalaku di sofa.

"Kak Gun.." ucap Chimon tiba-tiba memanggilku.

Aku pun menoleh ke arahnya dan aku melihat sebuah kotak di tangan Chimon yang sudah lama aku cari beberapa bulan ini.

"Kotak itu..." ucapku bingung.

"Mm... Kakak, aku tahu kau masih marah padaku tapi aku punya sesuatu yang ingin kuberikan padamu... Tolong jangan bunuh aku ya" ucap Chimon sambil menyerahkan kotak hadiah itu padaku.

Aku pun menerima kotak itu lalu membuka kotak hadiah, setelah aku membukanya aku terkejut melihat isi kotak tersebut. Kotak ini berisikan tulisan-tulisan sederhana namun penuh perhatian.

"Kau menyimpan semua ini?" tanyaku pada Chimon.

"Aku sengaja mengumpulkan itu semua saat kau membuangnya, aku pikir itu adalah hal yang seharusnya kau simpan" ucap Chimon sambil menundukkan wajahnya tanpa berani melihatku.

"Kalau kau masih tidak yakin pada Off,  Bacalah kertas-kertas itu kembali dengan keras... Setelah itu semua terserah padamu" ucap New memberi tantangan padaku.

Dengan tersenyum ku ambil satu persatu kertas-kertas di kotak itu lalu kubaca dengan suara keras.

"Gun... kau sangat luarbiasa, semua orang terkesan dengan presentasimu di kelas, khususnya aku. Aku senang memiliki pacar palsu yang cerdas" ucapku membaca kertas itu.

"Aku senang kita bisa membicarakan hal penting satu sama lain"

"Kau terlihat sangat imut hari ini"

Setelah ku baca semua notes itu, aku tidak bisa berhenti menahan senyumku. Aku baru menyadari bahwa secara tak langsung aku mendapat surat cinta dari Off.

Dengan tersenyum tawan berucap "Masih berpikir kalau kau tidak pernah mendapatkan surat cinta?"

.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc

To all the boys I've loved before II Gun Atthaphan Ver.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang