Chapter 36

565 87 0
                                    

To all the boys I've loved before

Dia mencium pipiku dan dengan cepat pergi meninggalkanku. Aku mengeram dengan kesal meski jantungku berdebar kencang dan wajahku panas. Aku kaget karena dia berani melakukan hal seperti ini di tengah rumahnya meskipun tidak orang di sekitar.

'Tidak, tidak boleh! Jangan dia lagi! Jangan dia lagi' batinku menjerit.

.
.
.
.
.
.

"Apa kau suka dengan makanannya?" tanya Ibu Off tersenyum.

"Aku menyukainya" jawabku sopan.

Meskipun aku bertanya-tanya dengan perubahan sikap Off, tapi kenikmatan makanan di depanku lebih menarik. Sudah cukup lama aku tidak menikmati hidangan hotpot, jadi aku harus membantu memasaknya dengan sempurna.Kutunggu hingga kaldunya mendidih terlebih dahulu lalu kutambahkan bahan masakan lainnya mulai dari daging, seafood, hingga sayuran.

"Wah... kau pintar sekali memasak hotpot pasti kau sering memasak di rumahmu" puji Ibu Off padaku.

"Terima kasih atas pujiannya, ini bukanlah apa-apa aku hanya ingin meringankan pekerjaan Tante sekaligus rasa terima kasihku karena sudah mengundangku" jawabku sambil menuangkan kuah ke mangkuk saji.

"Kami senang sekali akhirnya bertemu denganmu malam ini, Off sering bercerita kalau kau sering membuatkannya makanan yang enak untuknya. Kalo boleh tahu darimana kau mempelajarinya? Jarang sekali aku melihat anak muda yang pandai memasak sepertimu" tanya ibu Off.

"Sejak kecil aku belajar memasak dari ibuku setelah itu aku suka belajar sendiri lewat internet" jawabku sopan.

"Oh begitu, pasti kau sering membantu ibumu dirumah kan... Ibumu pasti bangga sekali padamu sedangkan aku dengan 2 anak laki-lakiku mereka tid-"

"Bu, aku sudah pernah bilang padamu ibu Gun sudah meninggal saat kecil" ucap Off cepat memotong perkataan ibunya.

"Ya ampun aku minta maaf Gun, aku benar-benar lupa-"

"Tidak apa-apa Tante, justru aku senang dengan pujian dari Tante pada ibuku. Sebenarnya alasan aku pandai memasak karena aku dan ibuku saling mirip satu sama lain..." jawabku berusaha menghibur Ibu Off.

Ibu Off tertawa kecil mendengar pernyataanku, begitu pula Off yang sedari tadi mencuri pandang ke arahku ikut tertawa kecil sambil memegang tanganku di atas meja. Akupun ikut tertawa bersama mereka dan akhirnya kami bisa menikmati makan malam ini dengan lancar.

.
.
.

"Adikmu Nanon dia kelihatannya anak pemalu ya?" tanyaku sembari duduk di kursi sambil menemani Off yang sedang membereskan piring-piring kotor seusai acara makan malam tadi.

"Ya begitulah, sejak dulu sifatnya seperti itu"

"Mungkin aku bisa kenalkan adikmu dengan adikku, Chimon pasti bisa membantunya dan kurasa mereka pasti akan cepat akrab"

"Begitukah? Kurasa itu ide yang bagus" ucapnya sambil menganggukkan kepalanya.

"Mm... Gun, aku minta maaf soal perkataan ibuku tadi" lanjutnya.

"Tak apa, sejujurnya itu bagus membicarakannya seolah itu hal yang normal. Aku justru senang karena aku teringat hal-hal yang baik tentangnya dan bukan ingatan tragedi" jawabku pelan.

Off yang telah selesai membereskan piring kotornya berjalan mendekat ke arahku sambil menghela nafas.

Off yang telah selesai membereskan piring kotornya berjalan mendekat ke arahku sambil menghela nafas

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Aku tebak kau masih merindukan ibumu kan?"

"Ya... Setiap hari aku merindukannya. Tapi kau tahu, walau itu sudah lama aku masih terus mengingatnya setiap aku melakukan sesuatu dan aku selalu berakhir merindukannya" jawabku.

"Iya, aku paham dengan perasaanmu. Janganlah bersedih karena ada banyak orang yang menyayangimu" ucapnya sambil mengusap tanganku dengan lembut.

"Sebenarnya cukup menyenangkan bisa berbagi hal seperti ini denganmu. Kau pendengar yang baik Kak Off" ucapku sambil tersenyum meledek ke arahnya.

"Tentu saja, terima kasih atas pujiannya" jawabnya bangga.

"Sama-sama" jawabku. Setelah itu kami tertawa bersama. Untuk sesaat aku memikirkan semua perilakunya akhir-akhir ini, apakah aku sedang berhalusinasi atau dia memang sedang menggodaku?

Mungkin dia melakukan semua ini untukku hanya sebagai sesama teman. Namun, apa yang dilakukannya telah membuat hatiku berdebar-debar. Jika dia terus seperti ini, bagaimana caraku menghentikan perasaan berdebar ini?

Bersama dengannya selalu membuatku merasa nyaman. Terkadang aku membiarkan diriku merasa kalau ini semua bukan pura-pura.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc

To all the boys I've loved before II Gun Atthaphan Ver.Where stories live. Discover now