Chapter 27

4.4K 803 268
                                    

〰️

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

〰️

Ephemeral (n) lasting for a very short time.

〰️

Entah sudah berapa menit keheningan ini terjadi di dalam kereta kuda yang mereka tumpangi. Ya, seperti yang telah Levi ucapkan kemarin, akhirnya (Name), Levi, dan juga Erwin pergi bersama menuju ke rumah Audi yang terletak di Distrik Trost.

Sebenarnya (Name) akan sangat menyukai perjalanan ini apabila tidak terjadi apapun diatara mereka bertiga. Namun faktanya yang terasa adalah ketidaknyamanan yang mengitari mereka semua karena kejadian yang sebelum-sebelumnya telah terjadi. Hubungannya dan Levi pun sama sekali tidak berubah, tetap dingin dan kaku. Belum lagi ketegangan yang dapat dia rasakan antara kedua pria di dekatnya ini.

"Apa kau merasa pusing? Kau masih terlihat pucat seperti kemarin." Tanya Erwin sambil memperhatikan wajah (Name) yang berada tepat disampingnya.

(Name) menggeleng pelan, "Aku baik-baik saja."

"Tidurlah, aku akan membangunkanmu saat sampai nanti." Ujar pria berambut pirang itu lagi seraya menarik tubuh gadis itu mendekat.

Levi langsung mengalihkan pandangannya ke arah jendela saat melihat keromantisan dua sejoli di hadapannya ini. Rasanya benar-benar sial karena harus terjebak di situasi menjengkelkan ini. Seharusnya dia tidak mengiyakan permintaan Audi yang tiba-tiba saja menyuruhnya untuk mengajak Erwin dan juga (Name) pergi bersama. Lihat. Sekarang dia harus menahan rasa panas yang tiba-tiba saja membakar tubuhnya.

Pikiran pria itu melayang ke kejadian tadi malam. Dimana dia sebenarnya mendengar percakapan (Name) dan Jean dengan jelas sebelum akhirnya dia menghampiri gadis itu.

'Pemikiran konyol.' Gumam Levi saat mengingat perkataan yang diucapkan oleh (Name) kemarin.

Dia benar-benar tidak habis pikir kenapa gadis dihadapannya ini dapat berpikir seperti itu. Tidak semua orang bisa mendapatkan kesempatan hidup untuk yang kedua kali seperti dirinya, tapi kenapa (Name) justru menyesalinya?

Levi menyandarkan tubuhnya ke kursi dan menatap gadis yang tengah tertidur lelap di bahu Erwin itu. Wajah tenang tanpa beban itu membuat (Name) tampak lebih lucu. Namun perhatiannya teralihkan saat dia merasakan tatapan yang Erwin berikan padanya.

"Kau menyukainya." Ujar Erwin singkat.

Suara pria itu terdengar tenang namun juga mengintimidasi di saat yang bersamaan. Namun hal tersebut tentu saja tidak akan membuat nyali Levi ciut.

"Semua orang menyukainya." Balas Levi santai.

Erwin berdehem kecil seraya merilekskan tubuhnya, "Aku juga menyukainya."

EPHEMERAL // Aot x ReadersWhere stories live. Discover now