Chapter 32

4K 666 252
                                    

〰️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

〰️

Ephemeral (n) lasting for a very short time.

〰️

Erwin berjalan menuju ruang perawatan markas dengan tergesa setelah mendengar kabar dari Jean. Sesampainya di sana, dia dapat melihat sosok Eren yang tengah terdiam dengan pandangan kosong di depan pintu perawatan. Baju bocah lelaki itu juga dipenuhi oleh noda bekas rembasan darah yang dia yakini adalah milik (Name).

Tanpa memperdulikan hal tersebut, Erwin segera masuk ke dalam ruangan untuk menemui (Name). Badan pria itu mendadak kaku saat melihat sosok gadis yang dicintainya tengah terbaring lemah dengan beberapa perban yang melilit tubuhnya.

Erwin mengambil salah satu kursi yang berada disana dan meletakkannya tepat di sebelah ranjang (Name) lalu mendudukinya.

"Dia baik-baik saja." Erwin mengkerutkan dahinya heran saat mendengar penuturan Hanji yang sejak tadi sudah berada di ruangan tersebut.

"Bagaimana kau bisa mengatakannya baik-baik saja disaat dia dalam keadaan tidak sadarkan diri dan dipenuhi oleh luka di sekujur tubuhnya?" Balas pria itu langsung.

Hanji menepuk pundak Erwin pelan mencoba untuk meyakinkan sahabatnya itu, "Percayalah, dia hanya pingsan karena masih shock dengan kejadian yang menimpanya. Selain itu tak ada luka serius yang perlu di khawatirkan."

"Entahlah, Hanji. Aku baru bisa berhenti untuk khawatir apabila (Name) telah sadar nanti." Ujar Erwin berat.

"Tenanglah. Aku sangat mengenali (Name), dia gadis yang kuat. Marrie juga akan memeriksa keadaannya secara berkala." Hanji melirik ke arah Levi yang berdiri di ambang pintu.

"Sekarang yang perlu kita lakukan adalah bertanya pada Eren tentang apa yang telah terjadi." Lanjut wanita itu seraya pergi keluar dari ruang tersebut.

Erwin sama sekali tak berpaling dari wajah (Name) sedikitpun. Wajah pucat nan tenang di hadapannya tersebut benar-benar membuat pria itu merasa tak tenang dalam duduknya. Perasaan bersalah mengalir dalam dirinya karena membiarkan (Name) pergi sendirian dan mengakibatnya gadis itu menjadi seperti ini. Seharusnya dia tetap kekeuh ikut pergi bersama (Name) sehingga kejadian ini dapat dihindari.

Levi yang sejak tadi berada di ambang pintu hanya dapat terdiam tanpa berbuat sesuatu. Ingin rasanya dia berada di sisi (Name), namun dia sadar akan posisinya dalam hidup kedua orang di hadapannya itu.

Dia menghela napas berat sambil mengusap wajahnya kasar. Pada akhirnya Levi keluar dari ruangan tersebut dan menyusul Hanji untuk menghampiri Eren yang masih setia pada tempatnya berdiri.

EPHEMERAL // Aot x ReadersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang