7. Reality

7.5K 1.4K 506
                                    

〰️

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

〰️

Ephemeral (n) lasting for a very short time.

〰️

(Name) menghela napasnya lega setelah berhasil pergi dari Levi. Entah kenapa setiap dia bertemu dengan pria itu, emosinya pasti akan selalu naik seperti tadi. Padahal dia baru berada disini selama beberapa hari.

Gadis itu melangkahkan kakinya menuju ke arah danau tempat ujian kemarin dilaksanakan. Entah kenapa rasanya dia ingin sekali kembali menyeburkan dirinya ke dalam danau itu untuk mencari gelangnya lagi, namun melihat kedalaman air disana membuat dia mengurungkan niatnya dan memilih untuk berdiri di dermarga kecil yang berada disana.

(Name) menatap ke sekeliling danau tersebut dengan pandangan sedih, apakah dia benar-benar harus merelakan gelang tersebut? Tidak. Dia tidak mau melupakan adiknya. Jika dia tidak segera menemukan gelang tersebut, dirinya pasti akan melupakan adiknya secara perlahan. Dan dia tidak mau jika hal tersebut sampai terjadi.

Byurrr

"HUAAAAAA!"

Gadis itu reflek terjatuh ke lantai dermarga ketika melihat sebuah kepala yang muncul dari permukaan air.

"Ko-komandan Erwin? Apa yang kau lakukan disini?" Ujar (Name) kaget setelah melihat wajah orang tersebut.

"Ah, aku sedang menjernihkan kepalaku dengan berenang disini." Jawab Erwin kaku. Tampaknya pria itu juga kaget dengan kehadirannya yang tiba-tiba di atas sana.

(Name) menelan ludahnya canggung saat melihat Erwin yang menaikkan dirinya ke atas dermaga. Belum lagi badan bagian atas pria itu sama sekali tidak di tutupi sehelai kain pun yang membuat matanya langsung tertuju pada perut six pack yang terpampang dengan jelas itu.

"Siang-siang begini?" Tanya (Name) heran sambil berdiri dan langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Ya, begitulah." Erwin menganggukkan kepalanya ragu sambil meraih bajunya yang ternyata ada di pinggir dermaga.

Erwin mulai menggunakan bajunya dan menatap ke arah (Name), "Kau sendiri?" Tanyanya balik.

"Aku tadi berniat untuk mencari gelangku disini." Jawabnya pelan.

"Danau ini lumayan dalam dan airnya tidak cukup jernih untuk melihat. Akan sangat sulit untuk mencarinya." Ujar Erwin menanggapi.

(Name) mengangguk pelan, "Ya, kau benar." Balasnya.

"Aku hanya takut akan melupakan kehidupanku yang sebelumnya sepenuhnya. Cukup wajah orangtuaku saja yang tak pernah kuingat sampai sekarang." Lanjut gadis itu pasrah membuat Erwin merasa tak enak di tempatnya.

EPHEMERAL // Aot x ReadersWhere stories live. Discover now