47

310 17 0
                                    


"Jangan pergi, gue engga siap lo pergi lagi."


"Cha, ada telepon!" teriak Siska yang sedang duduk di pinggir ranjang dengan ponsel di genggamannya.

"Angkat, gue mau ke wc udah engga kuat nih."  Siska menghela napas pasrah saat dia mendengar suara pintu kamar mandi tertutup dari dalam.

Siska mengernyitkan keningnya, Febrian? tanyanya di dalam hati.

"Dari Febrian, Cha. Angkat gak?" tanya Siska, dia bertanya terlebih dahulu tidak langsung mengangkatnya begitu saja. Siapa tau Acha tidak mau menerima panggilan dari Febrian.

"Angkat aja!"

Siska mengangguk, dia menekan tombol telepon dan mendekatkan ponsel itu ke telinganya.  Matanya membelalak saat mendengar ucapan dari ponsel Febrian. Dia terburu-buru mematikannya.

"Acha!"

Acha membukakan pintu, keningnya mengernyitkan melihat sahabatnya begitu panik luar biasa setelah mengangkat telepon dari Febrian.

"Kenapa?"

Siska mengatur napasnya sejenak. "I-itu Febrian kecelakaan," ucapnya terbata-bata.

Hatinya seakan hancur lebur seketika kala mendengar kabar menyakitkan kitu. Tubuhnya luruh ke bawah, dia tak menyangka kalau kejadian ini akan terjadi.

"Lo engga bohong 'kan? ini bukan prank, 'kan?"

Siska mengeleng. "Ini semua bener, Cha."

"Engga, engga mungkin!"

Acha menutup wajahnya dengan ke-dua tangannya. Menangis dan menyesal itu yang sedang gadis itu rasakan sekarang.
Amel dan juga lain berlari tergesa-gesa menghampiri Siska dan juga Acha. Mereka terburu-buru akan memberikan kabar kalau sahabat baiknya kecelakaan.

Mereka terkejut saat melihat Acha sedang terduduk dengan kedua tangan menutup wajahnya. Mereka bisa mendengar suara isakan kecil dari gadis yang tengah duduk di lantai.

"Acha," panggil Putri setelah duduk di sebelah Acha.

"Put, dia engga kecelakaan, kan?"

Putri menggeleng, dia tak bisa menyembunyikan persoalan ini. Apalagi sahabatnya sudah tau.

"Engga mungkin!"

Putri memeluk tubuh Acha erat,  membisikan sesuatu di telinga kanan sahabatnya. "Jangan gini, semua sudah terjadi. Mending kita ke rumah sakit ngecek keadaannya daripada nangis engga jelas di sini."

Acha mengangguk kemudian berdiri menuju lemari. "Kalian pergi dulu, gue mau ganti baju." Mereka pun mengangguk dan memilih menganti pakaian di kamar yang lain.

Acha tersenyum sembari melihat tubuh kedepan kaca. Air matanya luruh ke bawah, tangannya mengepal. "Rian, maafin gue. Lo harus bertahan, gue tau lo kuat."

Setelah mengucapkan kata tersebut, gadis itu memakai baju asal. Dia harus cepat-cepat pergi ke rumah sakit tempat sahabatnya dirawat. Sebelum pergi ke bawah, Acha terlebih dahulu mengambil tas dan juga sepatu lalu pergi ke bawah bersama sahabatnya yang lain yang tampak sudah siap dengan pakaian yang telah mereka ganti.

Mereka pergi ke rumah sakit dengan mobil Acha. Siska, Amel dan Putri berada di mobil Acha dan yang lain di mobil yang satunya lagi.

__

Suara langkah kaki terdengar nyaring bahkan suara itu mengema di sudut ruangan koridor rumah sakit. Acha tengah berlari diikuti oleh yang lainnya dari belakang sembari air matanya terus saja mengalir kuat.

Acha Where stories live. Discover now