3

684 47 5
                                    

"Yaelah, dia? Bukan tipe gue."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.








Setelah perdebatan itu semuanya tampak hening. Acha yang sedang menyandarkan tubuhnya di sofa dengan tangan yang memegang buku novel, tampak tidak terganggu oleh suara-suara musik yang terdengar dari ponsel milik Amel, pemiliknya tertidur di ranjangnya.

Putri tertawa kecil, tangannya menari-nari di atas ponselnya. Sedangkan Siska tampak mendengus kesal sebab tidak ada yang menemaninya berbicara, dia tidak suka seperti ini.

Siska menepuk pundak Acha, dia pun menoleh. Menatap Siska yang tampak mengkhawatirkan. "Kenapa?"

"Bosen."

Acha menyimpan novel yang tadi sempat dia baca di atas nakas, menggeser posisinya menyuruh Siska untuk duduk di sebelahnya. Siska mengangguk, duduk di sebelah Acha dengan kepala yang di senderkan di pundak sahabatnya.

"Cha!"

"Hem."

"Lo yakin engga suka sama s Bian?" Acha mendengus pelan. "Engga."

Siska mengangguk. "Kalau gue suka sama dia gimana?" Siska tersenyum kecil, pertanyaan terlontar di mulutnya hanya untuk mengetest sahabatnya saja.

"Kalau lo suka sama dia, ya, engga apa-apa. Gue sih fine-fine aja."

Siska menggeleng. "Engga jadi, nanti lo engga punya patner debat."

Acha tertawa kecil selagi menggelengkan kepalanya. "Patner gue banyak, lo bisa jadi patner gue."

"Iya, juga sih."

Putri yang tadinya asik sendiri akhirnya bergabung, dia tidur di paha Siska. Putri tersenyum saat Siska menatapnya dengan tajam.

"Kata orang lo itu beda kalau sama kita."

Acha menoleh menatap Putri yang berada di bawah. "Beda, sama aja."

Putri menggelengkan kepalanya. "Kata orang lo cuek kalau sama orang lain tapi beda sama kita. Lo jarang senyum sama mereka dan lo di anggap sombong sama Kakel."

Acha terdiam, dirinya juga tau itu bisa terjadi. Dia nyaman dengan ketiga sahabatnya, tapi dia tak nyaman dengan lingkungan sekolah yang tampak terang-terangan ingin tau tentangnya bahkan tidak segan-segan untuk mendekatinya hanya karena ingin tau.

"Gue nyaman sama kalian, beda sama temen-temen yang lain. Gue gampang risih apalagi kayak tadi, sorry, bukan gue engga suka sama laki tapi gue terbiasa sendiri dan engga mau bergantung sama mereka."

Mereka berdua mengangguk paham. "Lo engga coba gitu, beradaptasi lagi?"

Acha menggeleng. "Engga, gue udah cape berusaha beradaptasi tapi tetep gue engga bisa. Endingnya balik lagi sama kayak sekarang."

Acha Where stories live. Discover now