30

270 15 0
                                    

Sepertinya kita akan mengulang kisah baru lagi di sini dengan orang yang berbeda tapi dengan rasa yang sama. Dengan tempat yang berbeda tapi masih terasa sama. Dengan harapan yang sama tapi dengan kekecewaan yang sama pula. Dengan dimensi waktu yang berbeda dan dengan rasa yang berbeda tentunya.

.

.


Senja mulai meredup, sinar jingganya mulai menghilang di atas sana dan sudah mampir tidak  terlihat. Suara adzan menggema di setiap sudut wilayah ini. Mereka memutuskan untuk mampir ke sebuah masjid  bergaya Timur setelah mendengar seruan untuk melakukan kewajibannya sebagai seorang muslim.

     

  ----


Mobil yang di tumpangi mereka berhenti di depannya rumah milik laki-laki itu. Febrian mempersilahkan semuanya masuk, duduk manis atas sofa.

Acha menghela napas, setelah sekian lama akhirnya ia kembali ke tempat ini. Tempat yang membuatnya nyaman saat itu, kehangatan itu yang membuat dadanya tidak sesak lagi.

Gadis itu masih berdiri, mengamati rumah itu tidak ada yang berbeda hanya ada satu foto yang menjelaskan kehangatan di rumah ini. Febrian mendeket, membisikkan sesuatu di telinga gadis itu. "Rumah gue engga ada bedanya."

Acha mendengus kesal, memilih duduk sendiri di bawah yang di lapisi oleh karpet lumayan tebal.  Ia menyelonjorkan kedua kakinya ke depan, ada rasa nyeri  akibat terlalu lama berjalan. Ada sedikit luka lecet di bagian jari yang harus segera diobati.


"Ngapain di bawah?"  Febrian di sebelah gadis itu.

"Ya, terserah gue."

Febrian menghela napas gusar, menyuruh semua sahabatnya untuk duduk di bawah. Tangannya di pukul oleh gadis itu sebelahnya, yang menatapnya dengan tajam. "Napa suruh ke bawah semua?"

"Lebih enak di bawah."

Gadis itu menyentuh kakinya, ternyata kakinya terluka. Akibat dirinya salah mengunakan sepatu yang terlalu pas di kakinya, lukanya hanya sedikit tapi sakit jika bersentuhan dengan sesuatu.

"Kaki lo kenapa?" Febrian menarik kaki gadis itu, Acha menarik kakinya lagi. "Kaki gue baik-baik aja." Gadis itu meringis saat kakinya tidak sengaja menyentuh karpet.

Febrian mendengus kesal, dia bangkit dari duduknya berjalan menuju lemari. Mengambil sesuatu di bagian bawahnya, laki-laki itu kembali duduk dengan P3K miliknya.

"Mana kaki lo."

Gadis itu terdiam, Putri menarik kaki gadis itu. Acha menatap tajam kearahnya, Putri menyengir polos. "Kaki lo lupa harus di obatin, Cha."

Kedua sahabatnya yang lain tampak mengangguk. Acha mendengus kesal, membiarkan kakinya di obati oleh Febrian.

Acha meringis perih, saat laki-laki itu membersihkan kakinya dengan alkohol  dan membalutnya dengan hansaplas. "Dah tuh."

"Hm."

Febrian menyimpan kotak itu di atas meja, ia menaruh kepadanya di paha gadis yang sedang menyelonjorkan kedua kakinya. Acha mendengus, menyentil kening milik Febrian. "Ngapain lo tidur di kaki gue?"

Acha Where stories live. Discover now