12

319 26 0
                                    


"Nyatanya, lo asik kalau sama gue."

.Febrian.


Febrian tersenyum. "Lo tuh cebol tapi gue suka, apa lagi foto lo."

Acha mendekatkan tubuhnya pada Febrian. "Hah, lo ngomong apa?"

"Engga."

Gadis itu mendengus kesal, dia menoleh kearah Febrian sembari berkata. "Lo sama kayak Amel, aneh."

Hidung gadis itu di tarik, Acha menggeleng-gelengkan kepalanya. "Ah, lepasin hidung gue."

Febrian tersenyum, menarik lebih keras membuat dirinya mendapatkan pukulan di lengan kanannya. "Tuh, kan, merah!" Acha meringis, saat ia melihat refleksi dirinya di cermin.

"Supaya hidung lo nambah kayak s Hany."

"Hany? Pacar lo?"

Febrian menggelengkan kepalanya, dia beranjak dari duduknya. Kakinya membawa dia ke balkon, laki-laki itu menjongkok mengambil sesuatu di sudut sana.

Febrian membawa kucing berwarna putih, meletakkannya di atas pangkuan Acha. "Sana, hush, sana. Cepet singkirin dari paha gue!" Acha berteriak histeris, dia bangkit membuat kucing itu jatuh dari pangkuan.

Laki-laki itu tertawa nyaring, kembali mengambil Hany dan meletakkannya di atas pangkuan. Acha menatap kucing itu, geli. Bulunya membuat dirinya gatal, apalagi pupnya menjijikan.

Febrian menyodorkan Hany kearah Acha. "Nih, s Hany. Hidung bagus, kan? Engga kayak lo."

Acha memutarkan bola matanya malas. "Sialan, lo samain gue sama kucing, heh? liat dia itu pesek!"

Febrian menggelengkan kepalanya, tentu saja dengan tawa yang masih mengema. "Namanya juga kucing, Bol. Jadi dia tinggi loh, lo kalah saing sama s Hany."

Acha menjitak  kening Febrian. "Gue saingan sama dia? Ogah."

Tangan Febrian kembali menyodorkan kucing itu kepada Acha. "Ah, singkirin dari gue!"

_

"Ayo!"

Febrian menarik tangan gadis yang sedang duduk di pinggir ranjangnya. "Ke mana?"

"Balkon."

Acha menggelengkan kepalanya, pertanda tidak mau. Dia tak mau bertemu lagi dengan kucing agresif itu, bisa-bisanya kucing itu berlari ke pangkuannya dan tertidur membuat dirinya berteriak.

"Udah, gue pindahin." Acha melihat setiap sudut ruangan. "Yang bener lo?"

Febrian mengangguk. "Iya, Bol."

Gadis itu bangkit dari duduknya, kakinya melangkah mengikuti kaki di depannya. Mereka duduk di lantai dengan beralasan tikar kecil milik laki-laki itu.

"Lo ngapain ngajak gue ke sini."

Febrian mendengus kesal. "Ngerjain tugas, ya, enggalah. Nongkrong sama gue di sini, biasannya gue suka sama s Hany tapi sekarang engga dulu."

"Gue jadi pelampiasan, gitu?"

"Engga."

Febrian beranjak, membuka pintu balkon. "Lo tunggu di sini gue mau bawa sesuatu."

Acha berdehem. "Oke, tapi jangan bawa s Hany gue engga suka."

Febrian mengangkat jempolnya. "Oke, Bos."

Laki-laki itu kembali mengambil satu mirip martabak yang tadi mereka beli, makanan ringan beberapa macam dan juga jus mangga. "Nih makan, supaya lo engga kurus  kayak s Hany."

Acha Where stories live. Discover now