16

304 18 0
                                    


"Sejak kecil, kita telah bertemu tapi Tuhan memisahkan kita kembali."





Seorang gadis kecil tengah bersimpuh di bawah pohon, netranya menangkap lututnya yang sedikit berdarah. Karena tadi gadis itu sempat mengejar kelincinya yang lari ke arah hutan yang lebat. Akan tetapi, gadis itu tersandung oleh akar pohon membuat lututnya berdarah.

Air matanya mengalir sesekali menahan perih di lutut, maupun sikutnya yang ikut tergores oleh batang dan juga batu-batu kecil di tempat ia terjatuh tadi.

Tiba-tiba terdengar suara dari belakang pohon. Gadis itu ketakutan, tubuhnya gemetaran. Tubuhnya menggigil, dia takut jika hewan buas akan menerkam tubuh munggilnya.

Hari semakin sore dan dia tak bisa ke mana-mana karena lututnya sakit. Hanya bisa tertunduk dan juga diam di tempat.

"Kamu kenapa?" tanya anak laki-laki dari belakang pohon membuat gadis itu memejamkan mata karena ketakutan dan air matanya mengalir dengan lebih deras.

"kok malah nangis, sih," ucap anak laki-laki itu seraya mengusap pipi gadis dihadapannya dengan lembut dan penuh kasih sayang.

Perlahan-lahan kelopak gadis itu terbuka dengan lebar. Matanya melebar saat netranya menangkap anak laki-laki seumurannya. Sedang berada dihadapannya dengan pakaian yang sedikit kotor di bagian baju dan juga celananya bahkan ada bekas luka di lutut dan jidatnya.

"Kamu siapa?" ucap gadis itu dengan ketakutan membuat anak laki-laki di depannya mengernyitkan keningnya bingung.

"Jangan takut, aku baik kok," ucap anak laki-laki itu seraya tersenyum manis seperti permen. Begitu manis dan juga cantik.

Gadis itu menggelengkan kepala seraya air matanya terus menetes keluar dari kelopak matanya.  "Kok, malah nangis lagi? Kamu takut sama aku, aku baik kok." Anak laki-laki itu duduk di sebelahnya membuat gadis itu terus menghindar. Sedikit menjauh darinya walaupun dia harus menahan rasa sakit di lututnya.

Wajah anak laki-laki itu ini sudah berubah, tak ada senyum di wajahnya melainkan tatapan sendu.

"Hua ... Kamu jahat, kamu gak mau main sama aku," ucap anak laki-laki itu seraya menangis lebih kencangnya membuat sang gadis membulatkan matanya.

"Cengeng," ucap gadis itu di dalam hati seraya menyerka air mata di pipi gembulnya.

"Kok, anak laki-laki cengeng, sih," sahut gadis itu seraya menatap anak laki-laki yang sedang mengusap matanya menggunakan kedua tangannya.

"Kamu duluan yang nangis jadi aku ikut kamu nangis," ucap anak laki-laki itu seraya tersenyum melihat gadis kecil dihadapannya sedikit mengangkat lekuk bibirnya.

"Kok gitu?" tanya gadis kecil itu seraya mendekat kearah anak laki-laki di sampingnya.

Anak laki-laki itu menggelengkan kepalanya seraya tersenyum. "kok kamu nangis tadi. Kenapa?"

"Tadi Cha ketakutan, tiba-tiba ada suara di belakang pohon dan ini  jatuh ke sandung pohon, jadi gini deh. Luka," jawab gadis itu seraya tangan kanannya menunjuk lutut yang terluka.

"Kirain tadi kamu kenapa. Terus luka itu kenapa?" tanya anak laki-laki itu setelah menggelengkan kepalanya  mendengar ucapan gadis kecil di sampingnya.

"Ih,'kan tadi udah bilang aku jatuh ke sandung mau kejar mimin kelinci yang lari ke arah hutan," ucap gadis kecil seraya menundukan kepalanya, dia kembali menangis kehilangan kelinci kesayangannya.

"Ohh ... Lah kok nangis lagi? Udah jangan nangis lagi nanti aku kasih yang baru kelincinya," ucap anak laki-laki itu membuat sang gadis kecil matanya membinar.

"Janji." ucap gadis itu seraya memeluk anak laki laki itu pertanda dimulai pertemanannya.

Tiba-tiba suara kembali terdengar, mereka mendongak terlihat anak perempuan berusia 16 tahun sedang menatap sang Adik dengan tatapan tajam. Kemudian, anak perempuan itu menarik telingga anak laki-laki membuat sang gadis kecil itu tertawa dengan lepas.

"Bi, kata kakak juga jangan main jauh-jauh. Eh, kamu bandel susah diatur," ucap anak perempuan itu seraya masih menarik telingga sang Adik dengan sedikit keras membuat telingganya merah.

Anak laki-laki itu tersenyum polos. "Tadi Bi main ke sana, eh, pas mau pulang Bi jatuh jadi gini kotor," kata anak laki-laki itu seraya melihat sang Kakak lebih tinggi dari dirinya.

"Terus dia siapa?" tanya sang kakak sembari menunjuk gadis di belakang sang Adik yang sedang menunduk.

"Tadi dia nangis, Bi tolongin," jawab sang Adik.

Anak perempuan itu melepaskan tangannya dari telingga anak laki-laki kemudian berjalan menuju gadis di belakang sang Adik seraya tersenyum.

"Kamu kenapa?" tanya anak perempuan itu kepada gadis kecil dihadapannya.

"Kaki Cha, sakit," jawab gadis itu seraya sesekali meringis menahan perih.

"Yu, pulang nanti kalau udah sampai rumah kamu pasti obatin sama Mamah kamu," ucap anak perempuan itu seraya mengelus rambut gadis kecil di depannya.

Gadis itu menggelengkan kepalanya. "Sakit," ucap gadis itu sambil memegang lutut yang luka.

"Biar Bi aja yang gendong," ucap anak laki-laki itu seraya menjongkok di bawah tubuh gadis kecil.

"Kan kaki kamu luka Dek, emang kuat gitu?" tanya sang Kakak pada Adeknya yang tengah jongkok di bawah.

"Kuat dong 'kan Bi cowok harus kuat," jawab anak laki-laki itu dengan lantang membuat sang gadis tersenyum melihat tingkah anak laki-laki di bawahnya.

"Dasar kecil-kecil udah bucin," batin anak perempuan itu.

Anak perempuan itu menggelengkan kepala sembari netranya memandang sang Adek sedang jongkok di bawah.

"Yaudah naik cepet sih lama," ucap anak laki-laki itu.

"Sabar." Sang gadis akhirnya naik di punggung anak laki-laki itu dengan ragu takut terjatuh.

...........

Acha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang