Chapter 14 - Crazy Game

182K 17.3K 1.4K
                                    

Setelah matahari tenggelam di ujung barat, jantung Cassandra berdebar kencang. Perasaannya semakin tidak enak seiring berputarnya jam dinding di kamar.

Bayangkan saja, dia akan diajak ikut berburu makhluk hidup berakal alias manusia, bukan hewan. Kalau berburu hewan, Cassandra akan menyambutnya dengan senang, tapi Cassandra terjebak dalam permainan seorang psiko yang akan memburu orang. Alih-alih senang, Cassandra malah merasa luar biasa takut. Untuk malam ini saja, semoga Cassandra jatuh pingsan agar Ace tidak jadi mengajak dirinya.

Ceklek.

Suara kunci dibuka terdengar. Cassandra buru-buru berbaring menyembunyikan tubuh kecilnya di balik selimut tebal. Saat pintu terbuka, dia menutup mata. Lalu setelah itu derap langkah kaki mendekat tertangkap oleh telinganya.

"Jauhkanlah hamba dari jangkauan roh jahat, ya Tuhan," gumamnya sangat pelan. "Lindungi hamba dari jerat serta tipu daya setan terkutuk."

"Huh?" Ace bersuara. "Kau tidur atau latihan mati? Lama sekali."

Padahal Cassandra belum sempat tidur barang sedetik pun.

Cassandra diam saja. Pura-pura tidak sadar.

"Diam saja tandanya kau mati. Mau aku kuburkan di mana? Atau lebih baik kubakar saja supaya tidak memakan tempat."

Astaga, mulutnya nggak sopan, minta dirukyah.

"Aha, lebih baik kuhanyutkan di sungai Ciliwung saja. Dekat rumahmu, kan?"

Anying! Tau mulu si tua bangka ini.

"Ck, bodohnya aku berbicara kepada mayat," decak Ace.

Cassandra masih mempertahankan posisinya; menutup seluruh tubuhnya dan pura-pura tertidur.

"Cepat bangun. Jangan membuat orang menunggu."

"Sebentar, aku sedang semedi dulu sebelum mengumpat," sahut Cassandra merasa sangat kesal.

"Kuberi waktu sepuluh detik sebelum kuseret kau paksa."

Cassandra yang amarahnya sudah mengepul minta diledakkan segera membuka selimutnya dan menatap Ace horor, berteriak,

"Apa sih ANJING selalu seenaknya maksa-maksa orang ngancem-ngancem segala lo kira gue hewan peliharaan lo apa ha?!" semburnya tanpa titik dan koma.

"Gue bukan boneka ya, BANG-SAT!"

Alis Ace bertaut, "Aku tidak paham apa yang kau katakan, tapi dari nada bicaramu yang tinggi, sepertinya kau sedang mengumpati diriku."

"Makanya belajar bahasa Indonesia supaya paham!" suruhnya.

"Akan aku pikirkan."

"Tidak perlu susah payah memikirkan karena aku yakin otakmu pasti bermasalah."

"Iya, mungkin sedikit rusak karena bisa-bisanya aku tertarik kepadamu. Tapi selebihnya, otakku masih berfungsi dengan sangat baik. Bahkan tes IQ terakhirku mendapatkan skor 200, sudah masuk kategori genius. Perempuan dengan IQ jongkok sepertimu mana paham."

"Pamer?"

"Hanya memberi tahu."

"Pemberitahuan yang amat tidak penting untuk didengar. Waktuku jadi terbuang sia-sia selama dua puluh tiga detik demi mendengarkan penjelasanmu barusan."

Ace melihat pada jam tangannya sekilas, membalas, "Dan waktuku terbuang percuma selama tiga belas menit lima puluh lima detik karena meladeni ocehanmu yang tidak jelas."

"Ya sudah, keluar sana!"

Bungkam. Ace memilih untuk diam selama beberapa detik.

Cassandra yang masih belum ada niatan untuk bangkit itu mengunci tatapan Ace dengan tajam.

𝐏𝐒𝐘𝐂𝐇𝐎𝐁𝐎𝐒𝐒 : 𝐈𝐭𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐌𝐚𝐟𝐢𝐚 [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang