Chapter 53 - Sex Slave

95.9K 11.3K 5K
                                    

oh ya, alesan kenapa bukan bomnya aja yang dinaikin ke lift? karena ace juga mikir, kalo bom itu naik ke lantai dua, efek ledakannya bakalan tetep ngenai hampir ke seluruh gedung---yang otomatis ruangan tempat mereka juga kena, kan sama aja---beda lagi semisal mereka di bunker bawah tanah, karena tempat yang aman dari ledakan cuma bunker sama luar gedung. jadi, ace lebih milih cassie yang keluar dari gedung supaya cassie gak kena ledakannya. ace emang suami yang baik ya :")

🎶 Song recommendation;
Breathe by Lee Hi 🎶

"He's ... never coming back?"

"Cassie?" panggil suara berat di sekitar yang terdengar sangat familiar di telinganya.

Cassandra tersentak---tersadar, lalu memfokuskan perhatiannya kepada Ace yang berdiri menjulang tepat di hadapannya. Mengedip-ngedip. Memastikan apa yang dilihatnya sekarang ini adalah nyata. Air mata perempuan itu mengalir begitu saja di kedua pipinya. Jadi ... hanya mimpi?

Dia buru-buru menghambur ke tubuh tegap Ace untuk memeluknya. Mendekapnya erat seraya menenggelamkan wajah di dada bidang Ace yang terbungkus jas gelap. Menumpahkan seluruh isi hatinya lewat tangisan.

Cassandra terisak parah.

"Syukurlah ...," kata Cassandra sesenggukan. "Syukurlah kau tidak apa-apa. Syukurlah semuanya hanya mimpi. Aku lega. Terima kasih ..., terima kasih karena tidak meninggalkanku. Terima kasih karena sudah menepati janjimu. Terima kasih ...."

"Bukan mimpi, Cassie."

Cassandra menegang. Jantungnya memompa lebih cepat. Dia melonggarkan pelukannya seraya mendongak untuk melihat wajah Ace yang pucat. Dengan tenggorokan tercekat dia bertanya, "A-apa maksudmu?"

Ace diam saja, tidak menjawab.

Pandangan Cassandra teredarkan ke seluruh ruangan yang rapat, lalu berhenti pada kotak hitam---bom---yang waktunya terus bergerak mundur. Napasnya tiba-tiba terasa berat. Lalu dia menatap Ace lagi yang balik menatapnya dengan sendu. "Ace ...," lirih Cassandra sambil menggeleng pelan.

"Jangan menyerah. Tetap hidup. Jiwaku akan selalu berada di sisimu, Cassie."

Cassandra menggeleng lagi. Jelaga beningnya kembali mengeluarkan air mata. Dia tidak paham kenapa harus seperti ini.

Ace berucap lagi, "For everything I've done, I'm sorry."

Sebelah tangan Cassandra terulur untuk menggapai tubuh Ace yang menjauh sedikit demi sedikit. Badan Cassandra bergetar. Dia semakin terisak. Mata dan wajahnya memerah. "Jangan ..., jangan pergi ...."

"For everything I did, I'm sorry," ungkap Ace tulus.

"For all the mistakes I've done ..., I'm sorry," imbuh Ace dengan senyuman kecil yang terukir di bibir pucatnya. "Maaf, karena aku tidak menepati janjiku, dan malah pergi meninggalkanmu. Maaf, Cassie."

"No," ucap Cassandra frustasi.

"Jangan pernah melupakanku. Jangan pernah," tekan Ace.

Sesak. Dada Cassandra sesak. Dia kesulitan bernapas. Hidungnya sudah penuh dengan ingus sehingga dia bernapas lewat mulutnya. "Kembalilah, kumohon, aku tidak mau kau pergi."

"I want you to smile every time you think about me." Ace memiringkan kepalanya untuk bisa melihat dengan jelas wajah Cassandra yang berair dan memerah. Ia menambahkan dengan nada pedih yang membuat hati Cassandra sakit mendengarnya, "And in your smile ... I will live forever."

𝐏𝐒𝐘𝐂𝐇𝐎𝐁𝐎𝐒𝐒 : 𝐈𝐭𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐌𝐚𝐟𝐢𝐚 [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang