Chapter 68 - Baby Girl

92.2K 8.3K 8.3K
                                    

happy reading. vote sama komennya ditunggu ✨

Tangan Cassandra menggapai-gapai meja, berusaha untuk bangkit berdiri. Darahnya semakin banyak keluar. Cassandra takut jika terjadi sesuatu dengan janin yang ada di dalam kandungannya.

"TOLOOOONGG!" teriaknya sambil berusaha untuk melangkah walaupun kesusahan. Sumpah demi apa pun, perutnya benar-benar terasa sakit. Perutnya terbentur sebanyak dua kali. Darah yang keluar melewati sela-sela pahanya juga tidak mau berhenti.

Setelah beberapa waktu berjalan dengan kesulitan, Cassandra tiba di pintu yang tertutup. Dia mencoba membukanya, tetapi tidak bisa, pintu itu terkunci. Cassandra semakin panik. Dia terus menggedor pintu tersebut sambil berteriak minta tolong. Namun tidak ada tanda-tanda keberadaan orang di sekitar dapur. Bagaimana ini? Apa yang harus Cassandra lakukan sekarang?

Ponselnya tidak dia bawa, membuatnya tidak dapat menghubungi orang lain. Jika Ace sudah pulang, pasti pria itu akan langsung mencari Cassandra ke seluruh penjuru mansion karena telah lama pergi dari kamar. Sayangnya, Ace belum pulang. Pria itu berkata bahwa ia akan pulang larut malam.

"Oh, Tuhan …," lirih Cassandra merasakan sakit yang teramat. Dia memegangi perutnya seraya meringis kesakitan. Napasnya berat, dadanya naik turun, sedangkan keringatnya sudah mengucur deras.

Namun, Cassandra harus berjuang untuk bisa keluar dari gudang ini secepatnya. Dia harus segera ke rumah sakit supaya janin yang ada di dalam kandungannya tidak kenapa-kenapa.

Dengan menahan rasa sakit yang kian mendera, Cassandra bergerak untuk mencari benda tajam yang dapat dia gunakan untuk membuka pintu. Aneh. Kenapa pintunya mendadak terkunci? Apakah rusak? Dan Cassandra sangat menyayangkan kenapa gudang ini hanya memiliki satu akses untuk keluar-masuk.

Setelah beberapa saat mencari, akhirnya Cassandra menemukan beberapa pisau yang tertata rapi di salah satu laci. Dia mengambil satu pisau panjang yang memiliki lempengan lebih tebal dari yang lain. Kemudian Cassandra kembali pada pintu. Mengarahkan ujung pisau tersebut ke sela-sela pintu, lalu mencongkelnya.

Tak!

Pisau itu patah, padahal pintu belum sempat terbuka.

"FAAKK!!" umpat Cassandra seraya melempar pisau yang telah patah itu ke sembarang arah. Dia merasa kesal sekaligus frustasi.

Cassandra bingung harus berbuat apa sekarang. Sedangkan darahnya sudah keluar banyak sekali. Bahkan Cassandra mulai merasakan pening.

Kepala Cassandra menunduk, dia menatap pada perutnya sambil mengelus-elus, bergumam, "Bertahan ya, Baby."

Samanta tak sengaja bertemu dengan Yura di lorong. Buru-buru Samanta menyembunyikan kedua tangannya di belakang tubuh, lalu memasang ekspresi setenang mungkin. Keduanya berhenti, saling memandang. Samanta lebih dulu membuka suara, "Kau mau ke mana?"

"Dapur," singkat Yura.

"Untuk apa?"

"Bukan urusanmu," tukas Yura lalu lanjut melangkah menuju ke dapur.

Di tempatnya, Samanta berdecak kesal sambil memberikan tatapan tidak suka pada punggung Yura yang semakin menjauh.

Yura memasuki dapur. Keadaan dapur masih sepi, seperti tadi. Matanya melirik sekilas pada rak benda-benda dapur, setelah itu ia melarikan pandangan ke segala arah, hingga berhenti pada pintu gudang penyimpanan yang tertutup. Ia pun segera melangkah mendekati pintu. Membukanya. Dan wajahnya langsung terkejut begitu mengetahui atasannya tengah duduk bersimpuh dengan darah yang memenuhi gaunnya.

𝐏𝐒𝐘𝐂𝐇𝐎𝐁𝐎𝐒𝐒 : 𝐈𝐭𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐌𝐚𝐟𝐢𝐚 [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang