Chapter 71 - Partner in Crime

79.5K 9.4K 9.9K
                                    

Setelah benar-benar menyelidiki mengenai siapa sebenarnya Yura, kini Ace jadi tahu, bahwa wanita itu dipekerjakan oleh seseorang untuk menyusup ke mansion ini. Siapa lagi, kalau bukan Vito Dominico? Si Tua Bangka bau tanah yang tidak henti-hentinya mengusik kehidupan Ace.

Kini Ace sudah lebih meningkatkan keamanan mansionnya, juga sudah memastikan tidak ada penyusup lain yang dikirim oleh musuhnya. Ace tidak ingin kejadian yang lalu terulang kembali. Ia tidak ingin kehilangan lagi. Sudah cukup.

Ace memasuki sebuah ruangan yang mana di dalamnya sudah terdapat Cassandra bersama Irene yang duduk berhadapan. Kedua perempuan itu menoleh ke arah kedatangan Ace. Cassandra tersenyum simpul, sementara Irene mengangguk hormat. Ace membalas senyuman Cassandra dengan senyum juga. Rasa lelahnya tergantikan oleh rasa lega dan bahagia ketika mengetahui Cassandra bisa kembali tersenyum.

Berikutnya, Ace mendudukkan diri di sebelah Cassandra sembari melonggarkan dasi. Satu tangannya terangkat untuk kemudian merangkul bahu Cassandra, mengusap-usap pelan.

"Bagaimana?" tanya Ace kepada Irene.

"Tentu saja, bisa," jawab Irene dengan senyum tipis yang terpeta di bibirnya.

Ace menatap Cassandra lagi, Cassandra juga menatapnya, mereka saling melempar senyuman.

"Tapi masa cutiku sudah hampir habis," beri tahu Cassandra kepada Ace.

"Tidak perlu kuliah," balas Ace enteng.

Cassandra menggeleng pelan, "Mau jadi apa aku kalau tidak melanjutkan kuliah?"

"Jadi ibu rumah tangga," jawab Ace. "Bukankah itu merupakan pekerjaan yang paling mulia?"

"Iya, tapi, bukankah bagus jika aku menjadi ibu rumah tangga yang berpendidikan tinggi? Yang nantinya bisa mengajarkan banyak hal kepada anak-anak kita."

Ace mendengus pelan sembari mengulas senyuman. Tangannya bergerak mengusak-usak rambut Cassandra, merasa gemas.

"Aku akan urus pengunduran dirimu dari Universitas Michigan, lalu setelah kita memiliki setidaknya satu anak, kau boleh melanjutkan kuliahmu di sini. Bagaimana?"

Kepala Cassandra mengangguk, lalu keduanya kembali saling lempar senyum.

Bohong besar bila Banyu berkata bahwa ia tidak merindukan Mayang. Pria itu merindukan Mayang. Sangat.

Entah dorongan dari mana yang membuatnya nekat menghampiri Mayang di kamarnya. Sempat ragu, akhirnya Banyu mengetuk pintu di depannya. Lalu beberapa saat kemudian, pintu terbuka dan menampakkan Mayang yang terkejut dengan kehadiran pria itu.

Setelah beberapa detik hanya saling pandang, akhirnya Mayang pun membuka mulut, bersuara, "Kenapa, Mas?"

"Aku pengen ngomong sama kamu. Bisa?"

Mayang diam sejenak, berpikir, lalu berikutnya ia membuka pintu kamar lebar-lebar, mempersilakan Banyu untuk masuk. Banyu melangkah masuk dan langsung menuju sebuah sofa panjang, kemudian mendudukkan diri di sana. Tanpa menutup pintu kamar, Mayang berjalan menuju sofa dan ikut duduk di samping Banyu. Tentu saja, dengan tetap menjaga jarak.

"Ngomong apa?" tanya Mayang.

"Maaf," ucap Banyu penuh ketulusan serta penyesalan. "Selama ini, aku sudah berbuat banyak kesalahan sama kamu. Aku benar-benar suami yang buruk, juga, mungkin, ayah yang buruk bagi Cassie. Bertahun-tahun aku membiarkan Cassie mengganggap kamu sebagai ibu yang buruk---aku membiarkan Cassie hidup dalam kesalah pahaman akan kamu. Padahal, sebenarnya nggak demikian." Banyu mendunduk karena malu kepada Mayang. Ia lanjut bergumam, "Aku memang laki-laki brengsek, pengecut, aku memang pantas kamu tinggalkan."

𝐏𝐒𝐘𝐂𝐇𝐎𝐁𝐎𝐒𝐒 : 𝐈𝐭𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐌𝐚𝐟𝐢𝐚 [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang