"Nona Cassandra merupakan perempuan yang sangat kuat, tapi karena saya telah mengambil banyak sampel dari tubuhnya, kini tubuh Nona Cassandra telah rusak---rusak parah," papar hologram Elios menjelaskan mengenai keadaan tubuh Cassandra. "Jadi, Tuan Javarius, saya sarankan lebih baik Anda merelakan Nona Cassandra untuk menjadi makhluk baru yang akan saya ciptakan. Setidaknya, setelah menjadi chimera yang dapat berbicara, Nona Cassandra akan berguna. Sebuah kehormatan bukan, apabila istri Anda turut andil dalam memajukan ilmu sains demi kepentingan umat manusia?"
Ace yang membawa tubuh Cassandra dalam gendongannya menggeram marah. Matanya melotot tajam hampir keluar dari tempatnya. Ia belum pernah merasa semurka ini sebelumnya.
Sementara Claude geleng-geleng kepala sambil bergumam, "Gila. Benar-benar gila. Ternyata, orang pintar itu mengerikan, ya. Kali ini aku merasa bangga jadi orang bodoh."
"Aku bersumpah akan segera menemukanmu dan menghukummu dengan sangat berat," tekan Ace sungguh-sungguh. Kemudian tanpa berlama-lama lagi, ia segera melangkah lebar untuk keluar dari gedung laboratorium. Ia harus membawa Cassandra ke rumah sakit. Secepatnya.
"Sungguh keputusan yang buruk, Tuan," komentar hologram Elios.
Sebelum menyusul Ace, Claude lebih dulu meludahi hologram Elios tepat di wajah---meskipun sia-sia, ia memaki, "Pengkhianat. Padahal aku sudah menganggapmu seperti saudaraku sendiri. Tapi kau-- ah! Keparat!" Lalu ia berbalik badan menyusul Ace.
"Bertahan ya, Cassie," ujar Ace menatap nanar pada Cassandra.
Saat tiba di luar, mereka sudah disambut oleh puluhan anak buah Elios. Ilmuan gila itu mengirim banyak assassin baru untuk menghentikan Ace dan Claude. Ada sekitar 50 orang terlatih---bahkan lebih. Separuhnya membawa senjata api, sisanya dengan tangan kosong tetapi memiliki keahlian bertarung jarak dekat. Di tempatnya berdiri, Ace memasang wajah dingin, saking geramnya hingga ia ingin menggila dan mencabik-cabik semua musuhnya sekarang juga. Namun, jika Ace tetap berlama-lama di sini, dan tidak segera membawa Cassandra ke rumah sakit, maka keadaan Cassandra akan semakin kritis.
Beberapa saat kemudian, tanpa Ace duga, beberapa mobil mendekat ke tempat mereka. Mobil-mobil itu menabrak beberapa assassin. Dari dalam, beberapa orang menembakkan bom ke tempat berkumpulnya assassin bersenjata hingga membuat tubuh mereka meledak. Beberapa mobil berhenti, orang-orang di dalamnya yang merupakan anak buah Ace serempak keluar. Mereka menembaki para assassin yang masih tersisa banyak. Ada beberapa anak buah Ace yang menggunakan minigun dan mengarahkan tembakan membabi buta ke arah para musuh.
Dor! Dor! Dor! Dor! Dor! Dor!
Duar! Duar! Duar!
Bunyi tembakan dan ledakan bersahutan.
Lalu satu mobil berhenti tepat di depan Ace. Kaca kemudi terbuka, menampilkan sosok Santiano yang membuka mulutnya dan berkata, "Maaf kami telat, Boss!"
Ace tidak menduga ini sebelumnya. Padahal ia tidak memerintah anak buahnya untuk ikut dalam perperangan kali ini. Satu hal yang pasti, bahwa klan mafianya tidaklah sekritis yang ia kira. Mereka---para anggotanya---masih sangat kuat dan mampu menghadapi musuh bersama dirinya.
"Cepat masuk dan bawa istrimu ke rumah sakit!" seru Claude berteriak karena suara gencatan senjata semakin keras bersahutan. "Biar aku dan para anak buahmu yang menangani di sini!" Lalu ia fokus membidikkan shotgun di tangannya ke arah musuh.
Detik berikutnya, Ace memasuki mobil bersama Cassandra yang masih setia ia gendong. Mobil melaju kencang membelah kekacauan. Santiano menambah kecepatan hingga batas maksimal. Mereka harus sampai di rumah sakit terdekat secepatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐒𝐘𝐂𝐇𝐎𝐁𝐎𝐒𝐒 : 𝐈𝐭𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐌𝐚𝐟𝐢𝐚 [TERBIT]
Romance♠ 𝘼 𝙈𝘼𝙁𝙄𝘼 𝙍𝙊𝙈𝘼𝙉𝘾𝙀 ♠ "You have two options. 'Be mine', or 'I'll be yours'." Ace Javarius Dieter, bos mafia yang abusive, manipulative, psychopathic, dan dikenal sebagai iblis. "Keep on dreaming, you fucking jerk!" Cassandra Dewi, mahasis...