✖
Cassandra menggeram kesal. Ace diam saja. Sedangkan Antene mengulas seringai culas serta memasang wajah pongah.
Buru-buru Cassandra menghampiri mereka berdua. Duduk di tengah-tengah seraya mendorong Antene untuk menjauh. Membuat Antene sedikit terjengkang dan hampir jatuh ke bawah.
"Anj*ng ya lo, Cass," umpat Antene mencebikkan bibirnya lalu kembali duduk pada single sofa tempat semula ia duduk.
Tidak peduli, Cassandra fokus pada Ace dan bertanya, "Apa-apaan tadi?"
Tersenyum penuh arti, Ace membalas, "Tidak ada apa-apa."
Mengerti maksud dari senyuman Ace, Cassandra kembali menelan kata-katanya yang sudah berada di ujung lidah. Dia memilih untuk diam, karena masih ada Antene di sini. Berbulan-bulan bersama Ace, juga pernah menyaksikan secara langsung kegilaan pria itu, membuat Cassandra paham betul bagaimana cara Ace memikat korbannya.
Ya, tentu saja, Ace mencoba menarik Antene lebih dekat lagi untuk ia jadikan korban selanjutnya. Cassandra yakin itu.
"Hahah, bego banget lo, Cass." Tiba-tiba Antene membuka suara. Cassandra melirik ke arahnya dengan tatapan tidak suka.
"Gue kasih tau ya, pertama, lo sama gue itu berada di level yang berbeda---kasta yang berbeda, jadi, jangan ngerasa sok superior hanya karena lo bisa dapetin laki-laki kayak Ace. Kedua, gue nggak pernah kalah dari lo, gue selalu menang, dari dulu." Antene menjeda kalimatnya sejenak seraya kembali tersenyum penuh kemenangan. "Ketiga, gue selalu berhasil dapetin apa yang gue inginkan, termasuk … Ace. Well, gue emang tertarik sama dia. Dan gue harap, lo bisa ikhlas kalo dia tiba-tiba ninggalin elo dan lebih milih gue, karena nyatanya, semua laki-laki nggak bisa nolak pesona gue, bahkan Ace sekalipun." Antene menatap Ace dengan tatapan penuh arti.
"Calon mayit aja belagu lo," gumam Cassandra pelan sekali.
"Lo ngomong apa barusan?" Satu alis Antene terangkat.
"Mending lo pulang," usir Cassandra. "Jangan temuin Ace lagi kalo lo pengen aman."
Antene mendengus geli, "Lo ngancem gue, ya?"
"Nggak, justru karena gue masih punya hati, makanya gue bilang ke elo buat jangan temuin Ace lagi." Atau lo bakalan mati.
Tawa meremehkan Antene merebak, tatapannya terhadap Cassandra semakin merendahkan, Antene yakin bahwa Cassandra khawatir dan ketakutan setengah mati bila Ace benar-benar lebih memilih dirinya. Antene senang. Sekali mendayung, dua pulau ia lewati. Pertama, Ace berhasil ia pikat dengan pesonanya yang luar biasa memukau. Kedua, Cassandra berhasil ia buat ketakutan dan ia kalahkan.
Sekarang, tinggal bagaimana caranya supaya Cassandra dan Ace benar-benar pisah, sehingga ia leluasa mendekati Ace lalu berakhir dengan menjalin hubungan.
"Well, gue pergi." Antene bangkit dari duduknya. "Tapi, inget ya, Cass. Apa pun yang gue mau, selalu berhasil gue dapetin. Gue mau Ace, dan gue bakalan berhasil buat dapetin dia. Jadi, jangan nangis atau bunuh diri saat Ace ninggalin elo demi gue."
"Lo bener-bener nggak tau malu, ya," cemooh Cassandra, "gue jadi miris sama lo."
Antene tidak menjawab, ia justru melemparkan senyum meremehkan kepada Cassandra seraya melipat tangan di dada. Berikutnya, ia melirik Ace dengan kerlingan nakal, yang dibalas Ace dengan senyum manis, membuat hatinya kembali berbunga-bunga. Lalu ia melangkah dengan arogan menuju pintu untuk keluar dari rumah Cassandra.
Cassandra bergumam memandangi punggung Antene yang semakin menjauh, "Kasian, dia nggak tau kalo bakalan didatengin sama temennya grim reaper alias jelmaan setan." Saat menyebut 'jelmaan setan', dia melirik ke arah Ace.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐒𝐘𝐂𝐇𝐎𝐁𝐎𝐒𝐒 : 𝐈𝐭𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐌𝐚𝐟𝐢𝐚 [TERBIT]
Romance♠ 𝘼 𝙈𝘼𝙁𝙄𝘼 𝙍𝙊𝙈𝘼𝙉𝘾𝙀 ♠ "You have two options. 'Be mine', or 'I'll be yours'." Ace Javarius Dieter, bos mafia yang abusive, manipulative, psychopathic, dan dikenal sebagai iblis. "Keep on dreaming, you fucking jerk!" Cassandra Dewi, mahasis...