Chapter 49 - Consume Me, Please

120K 10.6K 3.6K
                                    

yang gak bosen kasih vote sama komen semoga urusannya dilancarkan ✨ mohon tandai typo juga

"Ace? Katamu, kau akan mengajakku untuk menemui Romeo, bukan?"

"Hum."

"Tapi ... kenapa kita malah ke kuburan?"

"Romeo tinggal di sini sekarang."

"Maksudmu?"

Saat Ace berhenti di depan gundukan tanah yang di atasnya terdapat sebuah batu nisan bertuliskan nama 'Romeo Salvador', Cassandra sontak menutup mulutnya sendiri menggunakan sebelah telapak tangan. Kedua mata bulatnya semakin membulat. Dia syok. Tidak bisa berkata apa-apa.

Romeo Salvador adalah nama lengkap dari Romeo yang dia kenal, kan? Romeo yang itu, kan? Orang yang dulunya pernah Cassandra berikan sebuah gombalan juga nyanyian?

Kalau diingat-ingat, pertemuan terakhir mereka berdua adalah ketika di pertemuan. Dan sekarang, Cassandra hanya dapat bertemu dengan namanya. Kenapa? Apa yang menyebabkan Romeo meninggal secepat ini?

Hening selama beberapa saat. Hanya suara angin yang terdengar. Cassandra masih berperang dengan pikirannya sendiri.

Beberapa saat kemudian, Ace baru bersuara,

"Romeo tewas demi melindungi diriku."

Mendengar itu, Cassandra menutup kelopak matanya. Perasaannya sedih. Apalagi setelah mendengar nada pedih dalam kalimat yang baru saja Ace ucapkan. Perempuan itu tidak bisa membayangkan sesedih apa perasaan Ace setelah sahabat sekaligus orang kepercayaannya tiada.

Mendadak hati Cassandra diselimuti oleh rasa takut. Takut jika Ace akan bernasib sama seperti Romeo. Sebagai seorang bos mafia, pastilah memiliki banyak musuh yang ingin menjatuhkannya, ingin membunuhnya. Inilah alasan kenapa Cassandra sangat ingin agar Ace terlepas dari dunia gelapnya. Cassandra ingin Ace memiliki kehidupan normal layaknya orang pada umumnya. Cassandra juga ingin supaya pria itu segera sembuh dari ASPD-nya---tidak lagi menjadi psikopat yang hobi membunuh orang. Lalu membangun keluarga sederhana bersama Cassandra dan ditemani oleh anak-anak mereka, kemudian hidup bahagia selamanya.

Sungguh rencana kehidupan yang sangat indah. Bisakah Cassandra mewujudkan impiannya?

"Kini klan mafiaku kembali kritis," ungkap Ace memandangi nama Romeo tanpa kedip. "Musuh kali ini lebih berbahaya daripada sebelumnya. Pada pertempuran sebelumnya, aku kelihangan dirimu. Lalu, untuk pertempuran kali ini, aku akan kehilangan apa lagi?"

Ekspresi wajah Ace jauh lebih serius daripada sebelumnya.

"Kau mendengarku, Romeo?" tanya Ace pada batu nisan yang terus ia pandangi.

Sementara Cassandra memilih diam dan hanya memerhatikan.

"Tapi, tidak. Aku tidak ingin kehilangan apa pun lagi. Akan kulakukan segala cara untuk menghancurkan para musuh. Aku akan meremukkan mereka dengan tanganku sendiri, melenyapkan mereka semua, tanpa tersisa," ujar Ace penuh penekanan. "Tenanglah, Romeo, aku tidak akan membiarkan pengorbananmu sia-sia begitu saja."

Setelah puas berbicara sendiri, Ace membalikkan badannya. Menghadap sempurna ke arah Cassandra. Saling pandang. Wajah Ace yang mulanya dingin dan seram, kini berubah teduh dan lebih bersahabat.

Mendekat pada Cassandra, menggenggam tangan mungil perempuan itu, lalu berkata, "Kita pulang ke rumah kita, Cassie."

"Aku ingin mengajakmu menemui ibuku," ucap Ace mengamati wajah istrinya yang sedang memasangkan dasi di kerah kemejanya dengan kesusahan.

Asal tahu saja, karena tinggi badan Cassandra hanya sebatas dada Ace---bahkan lebih rendah lagi, perempuan itu harus menaikkan kedua kakinya di atas sepatu Ace dan berjinjit. Itupun dia masih kesulitan, hingga akhirnya Ace memegangi pinggangnya dan mengangkat tubuh kecilnya.

𝐏𝐒𝐘𝐂𝐇𝐎𝐁𝐎𝐒𝐒 : 𝐈𝐭𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐌𝐚𝐟𝐢𝐚 [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang