02

3.1K 271 2
                                    

"takdir? Aku bukan mau menyalahkan hal itu. Namun bisakah membuat takdir itu sedikit berbumbu manis?"-Mirah.

-happy reading ✈️-


Mirah mengeluarkan semua tangisanya yang tertahan, ditempat sunyi dan jarang orang datangi ini saat masa jam istirahat.

Mirah hanya bisa terisak untuk mengeluarkan amarah. Ia tak bisa berbuat apa-apa selain mengeluarkan air dari matanya, lelah hanya saat Tuhan membuat takdirnya sedikit berbeda dari orang-orang.

Ceklikk!

Satu foto didapatkan oleh lelaki yg tengah tertawa. Merasa ada orang yg mengawasi, cewek ini menoleh kearah samping.

Fajar, cowok yg selalu berulah pada Mirah. Fajar mendapatkan foto saat cewek itu tengah terisak kuat.

Mirah segera mendekati Fajar dan melihat apa yang ditertawakan oleh coleh cowok itu.

"Fajar hapus!"pintah Mirah tak terima, melihat komuk wajahnya yang terlihat benar benar seperti aib.

"Ih sayang goblok ni tuh bagus buat dimasukin ke grup sekolah Kaniraya"tawa Fajar kuat sambil menaikan tangan nya agar Mirah tak bisa merampas handpone miliknya.

"Jar please!"mohon Mirah sambil meloncat loncatkan badanya agar bisa menggapai tangan Fajar.

"Kalau ga mau? Gimana? wlee"juluran lidah Fajar berarti untuk meledek.

Tak lama Mirah diam, menunduk sejenak lalu menegakan kepalanya. Menatap Fajar dengan tatapan kecewa, marah, dan memohon. Setidaknya ketiga hal itu tercampur ditatapan Mirah.

"Sebenci apa sih lo sama gue?"

"Sebenci apa ya?"tanya lugu Fajar pada dirinya sendiri, terlihat berpura-pura berfikir.

"Gue ga benci sih tapi nyemangatin lo buat bisa makin bikin lo tenar disekolah ini. Kan bagus, jadi sekolah ini ga sepi sepi amat kalo ada wanita endutt"tawa Fajar lalu melenggang pergi begitu saja.

Manik mata cewek itu hanya bisa melihat Fajar yang pergi tanpa ada kata permaafan.

Mirah menghapus isak tangisnya, merapikan sedikit roknya yg tadi sempat kotor karna duduk berlesehan.

Mulai berjalan keluar, kehalaman sekolahnya, ah. Tak lupa dengan bisik-bisikan tentunya, sudah bisa! Ingat itu.

"Dia tu habis nangis loh"

"Lah iya matanya merah kasian banget yah si bom hahaha"

"Lah kok bom?"

"Kan ntr lagi perut dia pecah HAHAHAHA"

"Eh ndut nangis ya? Cupu bangett sih huu"

"Banjir gak tuh belakang kelas haha"

"Gue ngakak lihat wajahnya yg merasa tersakiti iww"

Berusaha untuk menghiraukan semuanya, merasa sudah kebal dengan apa ucapan murid-murid itu.

Setelah sampai dikelas dan duduk dikursi miliknya. Mirah menutup wajah dengan cara menenggelamkan ke lipatan tangan.

Tahun demi tahun Mirah ingin berubah lebih baik. Tapi mengapa Mirah selalu dicampak dan dihina begitu saja?.

Nth bagaimana agar semua orang bisa berhenti menghina nya. Banyak yg menghina nya, dan membuat Mirah tidak memiliki sahabat.

Dulu, saat terdapat anak baru yang bernama Karin, ia sangat bahagia. Bahagia karna memiliki teman dekat dilingkungan sekolah.

Namun hanya berkisaran kurang sebulan, Karin ikut terbully karna memihak pada Mirah.

Dan berakhir dengan orang tua karin tidak menerima jika anak nya dibully terus menerus, sebab itu Karin dipindahkan.

Semenjak saat itu Mirah menolak anak baru mendekati nya. Biar kan ia yang sehari - hari merasakan sakitnya dibully dan dicampakan oleh orang terdekat, jangan memperbagikan rasa sakit apa yang selalu ia terima.

.
.
.

Cewek dengan bobot melebihi wanita biasa, berjalan kearah kelas Alfio. Sekedar hanya meminta Alfio untuk pulang bersama, ah. Walaupun pasti Alfio tidak akan mau. Namun mencoba dulu apa salah?.

"Fioo pulang bareng yukk"pekik Mirah dari ambang pintu yan lama kelamaan mendekati kearah Alfio dan sepergeng cowok itu.

"Ga-ga! Engga! ntr kempes ban motor lo Fio, mending ga usah"kekeh Zeven, teman lain cowok itu.

"Bukan kempes lagi motornya, langsung hancur ga bebentuk HAHA please gue ngakak!"tawa Dereny kuat.

Terdiam, lubuk hatinya lantas seperti dihantam.

"Jangan nangis disini, lo ngerusuh banget suh"tukas Rendy menyuarai.

"Fio lo jangan deh sampai suka sama dia, kalo lo suka sama dia, bayangin deh hari-hari lo dengan kerbo.. duh gue ngakak dah ga kuat ni perut!"tawa Hendrik sambil memegang perut nya sakit.

"Gue kalau dikasih ber Mliyar pun buat jadi cowok dia, dih gue bakal ga mau"Deffno memandangi kearah Mirah dengan tatapan geli sendiri.

"Lah gue dikasih emas pun juga ga mau"

"Ew udah keringat nya bau"Zeven menutup hidung dengan cepat.

"Dah ah cabut"saat Fajar berkata seperti itu, semua sepergeng Alfio keluar dengan berbondong-bondongan.

Begitupun dengan Alfio, yang hanya berjalan santai melewati Mirah paling akhir.

Mirah memegang tangan Alfio yang hendak keluar, hanya untuk menahan cowok itu

Alfio menatap Mirah datar bersatu dengan wajah dingin khas milik Alfio Regantara.

Menatap Alfio mohon, walaupun sudah pasti Mirah memang telah mengeluarkan tangis beserta sesenggukanya.

Tanpa belas kasihan Alfio menarik tanganya kasar. Lalu melanjutkan jalan nya yang tadi sempat tertunda.

Mirah terduduk dengan menyelamkan wajahnya kebawah kaki. Ia menangis kembali dengan hal apa yang dikatakan oleh teman-teman Alfio beserta perlakuan semua cowok tersebut.

Mirah tidak bisa melakukan apa pun, hanya dengan cara menangis adalah hal termudah yang memang akan Mirah lakukan setiap saat.

"Kenapa ga pulang?"

Mirah menaikkan kapala nya keatas perlahan mencoba melihat wajah yang sedang menyapanya.

.
.
.

Tbc.

MIRAH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang