Chapter 21

2.1K 167 0
                                    

Pagi yang cerah, pohon yang bergoyangan mengikuti arah angin yang sejuk itu membuat siapa saja yang tengah beraktifitas di pagi ini menjadi lebih semangat. Tapi tentu saja tidak, bagi para penghuni kelas 11 Ipa 2, mereka tengah mencatat kesana-kemari, karena akan ada ulangan harian Matematika, mulai dari menuliskan rumus-rumus di tangan, kursi, bahkan di kaki mereka sendiri, ada pula yang menggosok-gosokkan buku catatan ke kepala mereka, katanya sih biar nempel ke otak rumusnya.

Namun ada seorang gadis yang cukup menarik perhatian karena ia nampak santai saja, gadis bermanik coklat yang tengah membaca novel favoritnya, baginya sungguh pagi hari yang sangat biasa saja.

Lagipula ia tidak peduli dengan keadaan sekitar, bahkan ia tidak tahu jika hari ini akan ada ulangan harian. Karena ia hanya mengira para murid sedang saling mencontek tugas, tapi setelah dipikir 'bukannya hari ini gak ada tugas ya?' Batinnya. Ia pun mengedikkan bahu tak peduli lalu melanjutkan bacaan yang sempat terhenti.

"Tha, bagi contekannya ya nanti..." ujar Verra dengan tatapan memohon. Agatha hanya menoleh sejenak lalu beralih membaca bukunya.

"Contekan? Kalo bodoh yaudah bodoh aja, gausah maksain. Dasar nyusahin," gumam Agatha pelan namun pedas, tapi tetap saja terdengar oleh Verra.

Verra pun mendengus, makin hari ucapan yang dilontarkan oleh teman sebangku nya ini semakin pedas, dia tidak boleh memasukan kata itu ke dalam hati, pikirnya. "Yaudah iya, gue tau gue bodoh. Gue diem ajalah."

Kriing!

Bel pun berbunyi nyaring. Para murid pun dengan cepat memasuki kelas masing-masing.

Hari ini adalah pelajaran yang paling tidak ditunggu oleh para murid kelas Ipa 2 ini, yaitu Matematika.

Bu Diana pun memasuki kelas itu dengan senyum tipisnya yang lumayan creepy. Karena bu Diana adalah salah satu guru yang cukup killer di sekolah ini.

"Hai anak-anak... sudah siap untuk ujian harian hari ini?" Seru Diana dengan senyum lebarnya yang membuat para murid bergidik ngeri. "Kemarin sudah ibu infokan di grup, jadi ibu gak mau denger ada yang ngomong gatau kalo hari ini ada ujian!"

Semua murid pun meneguk salivanya kasar, jika guru mereka sudah berkata seperti itu, sudah tidak ada alasan lagi untuk mengelak. Mereka semua pun kompak menjawab "iya bu kami sudah siap!"

Tetapi berbeda dengan Agatha, ia terkejut.

Sedikit.

Karena... bagaimana dia mau masuk grup Matematika kalau grup Kelas aja dia gak masuk. Alasannya gak ada yang berani mintain nomor ke dia, pernah sih si ketua kelas minta nomornya, tapi malah di diemin sama Agatha. Jadi ya Pa ketunya males mintain lagi. Akhirnya dia gak masuk grup kelas.

"Semua murid pada sudah masuk grup MTK kan?"

Ghari a.k.a ketua kelas pun mengangkat tangan.

Bu Diana pun melihat dan sedikit menaikkan kacamata yang dipakainya, lalu berucap "bukannya kamu sudah masuk ya Ri?"

"Maksud saya Agatha bu," balas Ghari.

"Kenapa gak kamu masukin?"

"Eumm... anu... lupa hehe," jawab Ghari menggaruk tengkuknya yang sama sekali tak gatal.

"Ada-ada saja. Yaudah mana Agatha?" Agatha pun mengacungkan tangannya, "kasih nomor kamu ya!" Agatha pun hanya mengangguk saja.

Diana pun mulai membagikan soal dengan tenang. Berbanding dengan para murid yang sudah keringat dingin. Karena jika nilai mereka keluar, biasanya Diana akan mengumumkannya di depan kelas dan tak lupa jika ada murid yang nilai nya rendah akan ada ceramah yang sangaattt panjang. Belum lagi Diana selalu memberitahu nilai-nilai mereka kepada para orangtua. Sungguh sangat membagongkan.

ICE GIRL (HIATUS)Where stories live. Discover now