Chapter 28

2K 148 12
                                    

Seorang gadis terduduk di kursi roda lalu melajukannya. Ia hendak melajukan kursi roda itu naik ke atas trotoar, namun tenaga nya tak cukup kuat untuk mendorong kursi rodanya.

Di halte itu kebetulan hanya ada gadis berkursi roda, seorang nenek tua dan seorang gadis yang berdiri di samping tiang halte. Sang nenek yang melihat gadis yang tengah kesulitan itupun membantu mendorong kursi roda itu. Walaupun di usia nya yang sudah renta, nenek itu dengan semangat mendorong kursi roda itu.

Gadis yang tengah terdiam pun hanya melirik sekilas tanpa peduli ingin membantu, namun sepertinya hatinya terdorong untuk ikut membantu karena melihat si nenek yang sudah tua namun semangat muda nya sangat kentara, akhirnya ia pun turut mendorong kursi roda itu.

Setelah kursi roda itu naik ke trotoar, si gadis yang duduk di kursi roda pun tersenyum, "makasih nek, kak," ucapnya lalu pergi.

Nenek itu pun melihat ke arah gadis yang tengah terbengong itu lalu tersenyum dan berucap, "hidup itu berharga, jangan disia-sia kan hanya untuk berdiam diri, ini saatnya melihat sekitar. Kebaikan itu tidak memandang usia, dan menolong pun tidak memandang usia. Kamu anak yang baik dan... jangan sia-sia kan juga orang yang ada disekitarmu," setelah itu, bus pun tiba, nenek itupun naik. "Kamu gak naik nak—Agatha?" Mata nenek itu sedikit menyipit untuk melihat name tag gadis itu.

Ucapan nenek itu pun menyadarkan nya kembali ke dunia nya "eh—iya nek," jawab nya kikuk.

***

Agatha tengah terdiam di kursi tepat dibawah pohon yang rindang, ia terpejam sejenak menikmati semilir angin yang menyentuh kulitnya. Ia kini sedang berada di samping lapangan outdor yang terdapat kursi dan pohon besar. Dan disini suasananya sedang sepi.

Ia menyadari jika ada seseorang yang memperhatikannya.

Saat ia membuka matanya

Dorr!

"Lo kok ga kaget sih?" ucap lelaki itu terheran karena gadis didepannya ini tetap mempertahankan wajah datarnya.

"Aaa kaget saia..." balas gadis itu dengan wajah datar.

"Telat. Gue gabung duduk disini ya," tapi sepertinya itu bukan kalimat pertanyaan, melainkan pernyataan karena lelaki itu langsung duduk disebelahnya.

Agatha pun tak menghiraukan selama lelaki itu tidak mengganggu ketenangannya.

Lelaki itu menghela nafas, "lo pernah gak sih, suka sama seseorang tapi ternyata dia adek lo yang udah kepisah selama bertahun-tahun dan dia adalah orang yang selama ini lo cari? "

Entah ada angin apa, Agatha menanggapi ocehannya. "Nggak, dan gamau ngalamin. Lagian ikhlasin aja, susah amat."

"Ya coba kalo lo tau, lo pasti bakalan kecewa dan hancur ketika tau kebenaran yang selama ini orang tua lo sembunyiin Tha." Batinnya.

"Iya kali ya, gue harus ikhlasin dia."

"Nah dengan begitu rasa suka lo akan berubah jadi rasa sayang kepada adik," ucap Agatha yang masih saja dengan wajah dan nada yang datar.

Zio sedikit terkejut. Ternyata Agatha bisa sebijak ini, dan ini kali pertama ia berbicara dengan Agatha tanpa adu mulut dan emosi.

"Lo punya saudara?" Tanya Zio.

Raut wajah Agatha berubah menjadi sendu, "ya, di surga."

Zio yang paham pun lantas merasa bersalah, "eh sorry, gue gak bermaksud-"

"Its okay."

'Tumben ga jutek' Batin Zio heran.

"Lo—dateng ya nanti lusa di perlombaan Basket gue, gue kaptennya loh!"  Ucap Zio dengan bangga.

ICE GIRL (HIATUS)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora