06

2.1K 518 43
                                    

Isak tangis terdengar bersahutan.

Di makam yang terlihat cukup ramai, dipenuhi oleh orang-orang terdekat dari Yoshi. Namun, tak terlihat kedua orangtua ataupun keluarganya yang datang ke pemakaman ini. Laki-laki tak bernyawa itu tak pernah menceritakan bagaimana keadaan keluarganya. Yang hanya ia ceritakan kepada teman-temannya adalah ia merupakan pelajar asal Jepang dan tak pernah sekalipun menceritakan tentang keluarganya.

Hyunsuk yang masih dalam keadaan lemah, ikut melihat prosesi pemakaman sahabatnya itu. Air matanya mengalir deras saat melihat sebuah kenyataan bahwa Yoshi akan dibumikan.

Yang paling kencang menangis adalah Haruto, Jeongwoo, dan Doyoung. Ketiga laki-laki itu sangat dekat dengan Yoshi. Hingga detik ini pun mereka tak menyangka Yoshi akan meninggal dengan cara setragis ini.

Doyoung teringat dengan ucapan Yoshi yang mengatakan bahwa ia ingin meninggal dalam keadaan baik-baik saja dan berada di dekat orang-orang yang disayangnya. Namun, kenyataan pahit tak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Yoshi.

"Jangan nangis begitu. Lo harus ikhlasin Bang Yoshi, dia pasti ikut sedih ngeliat lo begini," ucap Jaehyuk terisak sambil mengelus bahu Haruto, Jeongwoo, dan Doyoung bergantian.

Haruto menggeleng. "Ba-Bang Yoshi, temen sekaligus abang pertama bagi gue setelah gue menginjak kaki di sini. Gue gak rela Bang Yoshi mati mengenaskan kayak begini, Bang."

Jaehyuk tersenyum tipis, ia harus berusaha sekuat mungkin di depan ketiga teman termudanya.

Hanya Asahi yang tak menangis. Seisi otaknya dipenuhi dengan berbagai hal yang tak masuk akal. Ia merasa ada suatu hal yang ganjal. Asahi tahu rahasia Yoshi, tak mungkin jika laki-laki itu pergi begitu saja.

Karena merasa sesak dengan isak tangis orang-orang, ia memilih pergi dari kerumunan tersebut untuk mencari udara segar yang terasa begitu pengap di pemakaman.

Asahi berjalan-jalan di sekitar pemakaman, sesekali ia melihat tupai kecil yang mencari makanan di dekat pohon.

Saat sedang asik-asiknya ia menatap tupai tersebut. Ia dikagetkan oleh seseorang berjubah hitam yang memegang bahunya.

Asahi bersikap biasa saja seakan tak pernah berurusan dengan orang itu. Asahi tak bisa melihat orang itu karena ia memakai topeng, bahkan dengan mendengar suaranya pun ia tak bisa mengenali orang itu. Hanya tinggi badan yang bisa dijadikan acuan, namun ia tak yakin dengan dugaannya.

Orang berjubah hitam itu mendekatkan jari telunjuknya ke arah bibirnya yang ditutupi oleh topeng.

"Lo udah tau kan?"

"Maksudnya?" Asahi berbalik bertanya.

"Pembunuhnya."

Asahi terdiam di tempatnya. Tubuhnya mematung, bibirnya kelu.

"Lo yang bunuh dia."

Lagi-lagi Asahi dibuat tercekat dengan ucapan orang itu. Keringat dingin ke luar dari sekujur tubuhnya. Kaki Asahi mundur beberapa langkah dari tempatnya semula dan akhirnya ia berlari menuju tempat teman-temannya berada. Tak ada yang boleh mengetahui hal itu. Ia harus menutup rapat kejadian malam itu atau identitasnya akan terbongkar dalam waktu sekejap.

Tapi tunggu, 'dia' yang dimaksud orang itu siapa? Yoshi atau orang lain?








































Hari-hari berikutnya datang. Kesedihan masih menyelimuti mereka kecuali Asahi yang berkecamuk dengan pikirannya sendiri. Setelah kejadian Yoshi meninggal, peneror itu tak kembali membuat ulah, mungkin mereka masih menyusun rencana baru.

[1] Mistakes || TREASURE✔Where stories live. Discover now