26

1.6K 448 31
                                    

Jihoon memukul telak rahang pipi milik Junkyu hingga membuat laki-laki itu mundur beberapa langkah ke belakang.

Sebelum akhirnya Junkyu benar-benar menancapkan belati ke tubuhnya, Jihoon merangsek maju mendekati Junkyu tanpa bermodal senjata. Tangannya kosong, tetapi rasa kekesalannya sudah memuncak sejak tadi. Ia memukuli pipi dan tubuh Junkyu untuk meluapkan seluruh emosinya. Akibat pukulan kencang yang dilayangkan oleh Jihoon, sudut bibir Junkyu mulai mengeluarkan darah.

Junkyu berdecak kesal seraya mengusap darah yang mulai mengalir dari sudut bibirnya.

"Lo harus tanggung jawab atas kematian Jihye!" teriak Jihoon dengan suara yang parau.

Junkyu bangkit dari posisi terjatuhnya, ia menatap sengit ke arah Jihoon.

"Lo juga harus tanggung jawab karena kematian Jeongwoo dan ngebuat teror!" balas Junkyu dengan intonasi suara yang tinggi.

Sebelum Jihoon membuka mulutnya lagi untuk berbicara dan melayangkan pukulannya, dengan cepat Junkyu menggerakkan belati yang masih berada di tangannya ke arah dada bagian kiri milik Jihoon.

Mata Jihoon membelalak lebar saat belati itu menusuk bagian jantungnya, tepat seperti apa yang akan Jihoon lakukan kepada Junkyu. Keadaan dengan cepat berubah.

Dengan mulut yang terbuka, Jihoon memuntahkan darah. Matanya menatap getir wajah Junkyu.

Belati yang masih berada di dada sebelah kiri Jihoon, ditarik kasar oleh Junkyu dan membuat korbannya berlutut lemas di lantai.

Junkyu menendang tubuh Jihoon hingga membuat laki-laki itu berubah posisi menjadi telentang. Lantas, sekali lagi, Junkyu menancapkan belati itu pada tempat yang sama. Jihoon kembali memuntahkan darah dari mulutnya, namun kali ini, darah yang ia keluarkan jauh lebih banyak.

Bibir Jihoon sedikit bergerak, seperti ada yang ingin dibicarakan oleh laki-laki itu.

Junkyu mendekatkan telinganya ke arah mulut Jihoon. Namun, Junkyu tak bisa mendengar jelas perkataan yang diucapkan oleh laki-laki seusianya itu.

"A-" Hanya itu yang Junkyu dengar dari Jihoon.

"Suara lo gak jelas. Lagi sakaratul maut, ya?" tanya Junkyu seraya tertawa kecil.

Belati yang tertancap di tubuh Jihoon kembali Junkyu cabut, lantas ia menancapkannya lagi pada area yang berbeda secara berulang kali.

Jihoon tak bisa melawan, tubuhnya terasa kaku untuk digerakkan. Penglihatannya pun mulai memburam. Setetas air mata jatuh saat ia merasakan rasa sakit yang teramat dibandingkan tusukan belati tadi.

Tepat saat Junkyu tak merasakan deru napas Jihoon, suara derap langkah terdengar mengarah ke arah gudang.

Beberapa polisi yang datang dengan bersenjatakan pistol membuat gerakan tangan Junkyu yang terus-menerus menancapkan belati pada tubuh Jihoon berhenti.

"Lepaskan senjata!" seru polisi itu dengan pistol yang teracung ke arah Junkyu.

Junkyu menoleh ke arah beberapa polisi. Belati yang berada di tangannya terlepas begitu saja.

Laki-laki itu melihat tangannya sendiri yang sudah berlumuran darah, lantas ia menatap Jihoon yang sudah tewas mengenaskan. Sorot mata Junkyu berubah, yang semula dipenuhi oleh sirat emosi dan nafsu, digantikan oleh sorot mata normalnya.

Kepala Junkyu merasa pusing secara tiba-tiba. Ia tidak tahu tentang kejadian yang baru saja terjadi beberapa menit yang lalu.

Sensasi ini terasa tidak asing. Junkyu merasakan hal yang sama seperti saat ia berada di kamar rawat Yedam dan hari kematian Jihye. Perasaan bingung, pusing, dan takut, bercampur menjadi satu. Junkyu tak mengerti dengan arti perasaannya saat ini.

[1] Mistakes || TREASURE✔Where stories live. Discover now