10

1.7K 519 48
                                    

Sebelum baca, vote dulu yuk. Satu vote dari kalian berharga banget buat aku, apalagi kalo misalnya sempet ninggalin jejak lewat komentar

——

"Lo sampe kapan terus-terusan kayak begitu sama gue? Emang gue ngelakuin apa?" Jeongwoo terus mengucapkan hal yang sama di depan kamar Haruto dan terduduk di sana dengan punggung dan kepala yang menyender pada pintu.

Rasanya aneh saat Jeongwoo tak melihat Haruto berperilaku seperti biasa. Jeongwoo terkadang kesal dengan suara Haruto namun sekarang ia malah merindukan suara kawan terbaiknya itu.

"To, buka dong, tega banget lo sama gue."

"Biasanya lo suka gedor-gedor pintu kamar gue terus ngerengek minta masuk tapi gue bukain tuh, kok sekarang lo tega ngebiarin gue duduk di depan pintu kamar lo?" curhat Jeongwoo. Kepala Jeongwoo mendongak untuk menahan air mata. Iya, Jeongwoo mau nangis guys.

"To, gue janji deh gak bakal nyuruh lo ngelakuin hal-hal aneh lagi deh." Jeongwoo mengangkat ibu jari dan telunjuknya sehingga membentuk huruf V padahal tak ada siapapun di depannya.

"Ngapain lo, Woo?" tanya Hyunsuk yang sedang membawa semangkuk mie rebus. Ia menatap Jeongwoo dengan tatapan heran.

"Abis diusir Tohar?" tanya Hyunsuk lagi.

Jeongwoo menggeleng, ia menatap Hyunsuk berkaca-kaca.

"Bang, Haruto keliatan marah banget. Kenapa dia begitu? Sebelumnya gue sama Haruto masih bercanda soal kolor pengsoo gue."

Hyunsuk yang mendengar pertanyaan Jeongwoo terdiam cukup lama. Ia juga tak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh Haruto beberapa waktu yang lalu. Bahkan sejak tadi, Hyunsuk terus-terusan memikirkan pernyataan Haruto yang mengatakan bahwa laki-laki itu tak mempercayai Jeongwoo.

Hyunsuk menggeleng, ia tak ingin memberi tahu Jeongwoo kalau Haruto tak percaya padanya. Ia tak ingin Jeongwoo merasa sakit hati kalau sahabat yang menemaninya selama bertahun-tahun itu menjauhinya secara terang-terangan.

Hyunsuk menepuk pelan pundak Jeongwoo, lalu mengulurkan tangannya untuk membantu laki-laki yang memiliki jarak usia lima tahun darinya itu untuk bangkit dari duduknya.

Jeongwoo menatap uluran tangan Hyunsuk selama beberapa sekon, setelahnya ia meraih uluran tangan Hyunsuk dengan tubuh yang terasa lemas.

Tiba-tiba saja Haruto keluar dari kamarnya. Wajahnya datar tanpa menunjukkan ekspresi apapun.

"Gue mau ngomong sama lo," ucap Haruto yang langsung membuat Jeongwoo menganggukkan kepalanya.


















"Malam itu lo ngapain ke kamar gue? Kenapa lo ngajakin gue main petak umpet?"

Jeongwoo tercekat. Ia meremas celana pendeknya karena tiba-tiba saja merasa gugup.

"Jawab gue!" ucap Haruto dengan nada suara yang dinaikkan.

Jeongwoo menatap sekitar sebelum ia mengutarakan pernyataannya.

Tak ada siapapun di sana. Tadi, Jeongwoo mengajak Haruto untuk pergi jauh dari kosan agar tak ada satupun orang yang mendengar percakapannya. Jeongwoo mengajak Haruto pergi ke sebuah lapangan kosong yang berada tak jauh dari kosan—lapangan itu sering digunakan oleh penghuni kos untuk melakukan olahraga.

Haruto menarik paksa tangan Jeongwoo yang disembunyikan dibalik jaket.

Haruto membelalakkan matanya saat melihat sebuah cutter di tangan kiri Jeongwoo.

Haruto memundurkan langkahnya secara perlahan. Jadi, Jeongwoo membawanya pergi dari kosan untuk membunuhnya? Gila! Harusnya tadi ia tidak membukakan pintu untuk Jeongwoo dan mengajaknya untuk berbicara empat mata.

[1] Mistakes || TREASURE✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang