13

1.5K 458 67
                                    

Suara seseorang yang benar-benar Jeongwoo kenal ikut memasuki kamar Yoshi dan menutup rapat pintu kamar tersebut.

Ia sengaja menutup pintu karena ruangan kamar Yoshi kedap suara.

Jeongwoo menatap orang itu sekilas tanpa menaruh curiga sama sekali. Jeongwoo sangat mempercayai temannya itu. Seharusnya, ia juga perlu waspada jika sewaktu-waktu terjadi hal yang tak diinginkan.

"Gue kangen bukan berarti pengen nyusul," ucap Jeongwoo. Secara diam-diam ia menuliskan dua huruf di salah satu aplikasi ponsel yang sering dipakainya untuk mengedit, namun huruf yang ditulisnya sedikit berantakan karena Jeongwoo merasa cemas sekaligus terburu-buru. Lantas, ia menaruh ponselnya secara perlahan dan sembunyi-sembunyi ke bawah kasur milik Yoshi yang cukup tebal.

Orang yang berada di depannya menaikkan salah satu alisnya dan melirik tangan kanan Jeongwoo yang kosong.

"Kenapa gak sekalian aja?"

"Maksud lo sekalian apa?" tanya Jeongwoo kebingungan.

"Nyusul ke akhirat."

"Gue masih mau hidup." Jeongwoo tersenyum kecut.

"Btw lo tau 'kan, orang yang ada di malam itu? Kasih tau gue dong."

Jeongwoo mengernyit, "Bukannya tadi udah gue kasih tau?"

"Yang lo kasih tau tadi gak jelas, baru ngomong satu kalimat tapi udah kabur buat main PS."

Jeongwoo menyengir, ia lupa bahwa tadi tak memberitahu hal itu secara detail.

"Lo bisa dipercaya, 'kan?" tanya Jeongwoo memastikan. Wajah Jeongwoo sama sekali tak terlihat cemas maupun panik, ia bisa mengontrol mimik wajahnya dengan mudah.

Orang itu mengangkat kedua bahunya. "Kata lo, lo bakal percaya sama gue apapun yang terjadi."

Jeongwoo bergumam tak jelas dan beberapa saat kemudian ia membuka mulutnya untuk menyebutkan nama orang yang dilihatnya malam itu.

"Ssst, gue tau maksud lo," orang itu lebih mendahului ucapan Jeongwoo saat ia ingin menyebutkan huruf pertama dari orang yang dia maksud.

"Kalau udah tau tadi ngapain nanya, bambang!"

"Memastikan," jawab orang itu singkat.

"Yang lo liat malam itu gak salah. Cuma hari ini lo salah karena udah percaya sama gue dan ngebuat gue ngobrol sama lo di malam terakhir dari kehidupan seorang Park Jeongwoo yang dipenuhi dengan gelak tawa." Orang itu tertawa.

Ekspresi Jeongwoo berubah, ia berdecih saat sebuah asumsi yang muncul di otaknya benar-benar menjadi kenyataan.

"Tadinya gue mau ngebuat lo tetap hidup dan dia juga." Orang itu menunjuk figura foto Yoshi yang berada di atas nakas.

"Tapi lo terlanjur tau kalau temen gue yang ngelakuin terror boneka."

"Harusnya lo jangan percaya gue, Jeongwoo. Lo gak bisa bedain mana yang acting dan mana yang real?"

"Lo gila?!" bentak Jeongwoo.

"Bisa dibilang begitu, tapi lebih tepatnya cerdik."

"Cerdik-cerdik pala lo tiga!"

"Serem dong kalau kepala gue tiga?"

Jeongwoo mendengus kesal.

Ia menjauhkan tubuhnya dari orang itu untuk pergi ke luar dari kamar Yoshi.

Baru saja Jeongwoo menggapai knop pintu, orang dibelakangnya menarik baju bagian belakangnya.

"Lo gak bisa pergi Jeongwoo, pintunya gue kunci."

[1] Mistakes || TREASURE✔Where stories live. Discover now