12

1.6K 462 71
                                    

"Haruto, lo udah bangun?" tanya Jeongwoo dengan senyuman yang begitu lebar.

"Hmm," gumam Haruto.

"Lama-lama lo mirip Bang Sahi kalau ditanya." Jeongwoo terkekeh.

Haruto mengernyit heran. Sedang apa Jeongwoo di sini? Bukannya sekarang adalah jam sekolah?

"Gue hutang penjelasan sama lo," ujar Jeongwoo seakan tahu isi otak Haruto.

Mata Jeongwoo menatap ke seluruh sudut kamar Haruto, bahkan ia memeriksa kolong kasur dan luar jendela. Lalu, ia menutup rapat pintu kamar Haruto yang sedikit terbuka.

"Malam itu, gue liat siapa yang gerakin bonekanya. Tadi, gue juga ngeliat dia di deket tempat sampah lagi ngotak-ngatik boneka itu," bisik Jeongwoo.

"Maksud lo? Boneka yang itu?" tanya Haruto dengan suara yang sama pelannya dengan Jeongwoo.

Jeongwoo mengangguk. "Dari awal gue juga curiga sama dia karena gue pernah gak sengaja ngeliat salah satu HP dia yang nunjukin pesan ke Bang Jaehyuk pake akun Junghwan."

"Malam itu gue ngeliat dia mau masuk ke kamar lo, tapi gagal karena dia ngeliat Bang Asahi yang turun dari lantai tiga. Untung aja dia gak ngeliat gue yang jalan dari lantai satu."

"Alasan gue ngajak lo main petak umpet karena gue mau ngajak lo pergi dari sini, lebih tepatnya buat ngehindar dari dia yang kayaknya ngincer lo buat dijadiin sasaran berikutnya. Sejak gue tau rencana dia, malam itu juga gue gak tidur dan merhatiin kamar lo pakai kamera yang udah gue taroh sebelum gue pergi dari kamar lo." Jeongwoo memperlihatkan sebuah kamera kecil berukuran seperti dadu yang sejak tadi ditaruhnya di saku celana.

"Lo tau dia mau bunuh gue dari mana?" tanya Haruto masih penasaran.

"Dari Bang Sahi," jawab Jeongwoo santai.

"Kok Bang Sahi bisa tau?" tanya Haruto lagi.

Jeongwoo tampak berpikir sejenak lalu setelahnya ia mengangkat kedua bahunya secara bersamaan dan membuat Haruto keheranan.

"Lo masih gak percaya sama gue?" tanya Jeongwoo tapi yang ditanya hanya diam saja.

"Sampai akhir gue bakal percaya sama lo, To. Gue gak peduli kalau lo sering nuduh gue atau ngejauhin gue. Gue bakal percaya terus sama lo. Lo temen gue," jelas Jeongwoo dengan senyuman tipisnya.

Haruto yang mendengar itu tersentuh namun ia berusaha sekeras mungkin agar raut wajahnya biasa saja.

"Lo percaya sama gue?" tanya Haruto.

Jeongwoo mengangguk yakin.

"Jangan pernah ngecewain gue," ucap Jeongwoo dengan nada suara yang terdengar memohon.

Haruto menatap Jeongwoo dengan tatapan datar, bagaimana jika ia membuat Jeongwoo kecewa dan temannya itu tak akan pernah mempercayainya lagi?

"Woo, jangan pernah percaya sama siapa pun. Terutama gue," ujar Haruto.

Jeongwoo mengangkat salah satu alisnya. "Kenapa lo bilang begitu?"

Haruto diam, keringat dinginnya bercucuran membasahi baju bagian belakangnya.

Jeongwoo tetap terduduk di tepi ranjang Haruto, menunggu jawaban sahabatnya itu.

Buru-buru Haruto menggelengkan kepalanya. "Enggak ... gapapa. Makasih udah percaya sama gue."

Jeongwoo menampar lengan Haruto hingga membuat laki-laki bertubuh jangkung itu meringis. "Gak jelas lo," sindir Jeongwoo.

Setelahnya Jeongwoo dan Haruto tertawa bersama, mereka berdua melupakan sejenak tentang apa yang membuat hubungan pertemanan mereka merenggang.
































[1] Mistakes || TREASURE✔Where stories live. Discover now