20

1.5K 458 66
                                    

Hyunsuk menyuguhkan segelas air untuk diminum oleh Haruto. Laki-laki di hadapannya itu terlihat sangat tegang karena mendapatkan tatapan intimidasi dari penghuni kos yang berada di ruang tengah, hanya Asahi dan Hyunsuk yang menatap Haruto dengan tatapan santai walaupun sebelumnya Asahi marah-marah tidak jelas.

"Lo semua kenapa natap Haruto kayak begitu?" tanya Hyunsuk menatap Mashiho, Jaehyuk dan Jihoon.

Tak ada Doyoung, Yedam, maupun Junkyu di sana. Mereka sibuk dengan urusan mereka masing-masing di kamarnya. Sedangkan Junghwan, entah di mana laki-laki itu berada.

"Lo percaya sama dia, Bang? Kok bisa gak dipenjara?" tanya Mashiho yang tetap setia menatap Haruto dengan tatapan mengintimidasi.

Hyunsuk mengangkat kedua bahunya, ia memilih untuk netral dan tidak percaya maupun percaya pada siapapun.

"Lo tau gak kalau dia yang ngelempar boneka ke lo di rumah sakit?" Jihoon angkat bicara.

"Haruto? Ngelempar boneka itu ke gue?" tanya Hyunsuk memastikan.

Jihoon mengangguk yakin.

Haruto mengepalkan kedua tangannya karena merasa emosi. Ia memukul meja kaca yang berada di hadapannya hingga membuat kaca itu sedikit retak akibat tenaga yang dilayangkan olehnya teramat kuat.

"Perlu berapa kali gue bilang kalau gue gak ngelempar boneka ke Bang Hyunsuk di rumah sakit?!" Suara berat Haruto menggema ke seluruh ruangan hingga Doyoung yang berada di kamarnya melongokkan kepala untuk melihat keributan yang terjadi. Setelahnya, ia masuk kembali ke dalam kamar.

"Kalau bukan karena Bang Yoshi, gue gak mau balik lagi ke sini."

Haruto bangkit dari duduknya dan berjalan menuju kamar untuk menenangkan diri.

"Bang Yoshi?" tanya Asahi.

"Bocah sinting," gumam Mashiho.








































Yedam menyenggol pelan tangan Asahi yang duduk di sebelahnya.

Setelah keributan di ruang tengah tadi, Yedam menyuruh Asahi untuk masuk ke dalam kamarnya.

Asahi segera menoleh ke arah Yedam dan menatap ponselnya. Layar ponsel itu menunjukkan beberapa kata yang sempat diketik oleh Yedam.

'Gue percaya sama lo, jadi gue mau ngasih tau ini.'

'Lo tau kan maksud kertas yang ada di nakas rumah sakit waktu itu? Gue sengaja naroh kertas itu di atas nakas biar banyak yang liat.'

Asahi mengangguk, ia tahu maksud tulisan Yedam saat itu. Hanya saja Asahi memilih untuk diam.

Yedam menggerakkan kembali jarik-jemari tangannya untuk menulis kembali kata-kata yang ingin diutarakannya.

'Menurut gue, dia cuma mau ngebuat gue gak bisa ngomong karena dia tau rencana gue.'

Asahi melihat ke arah pintu dan jendela untuk memastikan tidak ada seorang pun yang menguping. "Lo ngebuat rencana apa?" tanya Asahi sedikit berbisik.

'Ngebocorin rahasia dia dan ngungkapin kejadian satu bulan yang lalu.'

Asahi membelalakkan matanya saat membaca kalimat tersebut. "Lo tau tentang kejadian satu bulan yang lalu?"

Yedam menyeringai ke arah Asahi dan kembali mengetikkan sesuatu di layar ponselnya itu.

'Rahasia. Karena kejadian ini, teror konyol dimulai.'

Asahi meneguk salivanya. Telapak tangannya sudah basah oleh keringat.

[1] Mistakes || TREASURE✔Where stories live. Discover now