31. Don't Give Up

691 120 2
                                    

"(name), bisakah kita berbicara sebentar?" Tanya harry menghampiri ku yang tengah mengerjakan tugas ku di perpustakaan.

"Emm, bisakah kau tunggu 10 menit lagi?"

"Baiklah mungkin sebaiknya temui aku di memara astronomi" Ucap harry lalu aku mengangguk.

Setelah menyelesaikan tugas ku. Aku memasukan buku buku ku kedalam tas dan menemui harry.

"Hai" Sapaku.

"Hai"

"Ada apa?" Tanyaku. "Begini, aku... Aku ingin kau menjauhi malfoy"

"Maksudmu?"

"Aku tahu ini tak masuk akal. Tetapi aku benar benar ingin kau menjauhinya. Dia tak baik untukmu" Ucapnya. "Tapi, harry. Kau tak bisa melarang ku seperti ini" Ucapku sedikit terkekeh agar suasana tak menjadi canggung.

"Aku tahu. Tapi kurasa ada yang tak beres dengannya"

"Harry, aku tahu siapa draco lebih dari aku tahu siapa dirimu. Aku tahu kau membencinya tetapi kau tak bisa menyuruhku menjauhinya. Dan...maaf, aku tak bisa menuruti permintaan mu" Ucapku lalu beranjak pergi meninggalkan harry.

Kuarsa harry mulai mencurigai draco. Tetapi bagaimanapun, aku yang membuat draco seperti ini.

###

Libur natal telah tiba. Hari ini aku pulang ke rumah dan berharap aku menikmati libur natal ku. Tetapi sepertinya hal itu mustahil terjadi di saat seperti ini. Ayah belum mengirimkan surat sama sekali 2 bulan ini. Terakhir ia mengirimkan surat hanya untuk menanyakan kabar ku.

Seperti biasa, sesampainya disana, aku menaiki taxi menuju rumahku. Sekarang, rumah ini terlihat sunyi dan gelap seperti malfoy manor.

Aku membuka pintu rumahku dan sudah ada peri rumahku disana. "Selamat datang kembali, nyonya muda" Ucapnya sambil membungkuk.

"Terimakasih, dimana ayahku?"

"Tuan tidak pulang ke rumah selama 1 bulan ini, nyonya"

"1 bulan?!" Dia mengangguk. Bagaimana bisa ayahku tak pulang ke rumah selama itu? Apa dia di malfoy manor? Atau mungkin para death eaters merayakan natal disana?

Aku memberikan barang barangku kepada peri rumahku lalu menuju kamarku untuk menulis surat kepada draco berniat menanyakan ayahku kepadanya.

Setelah menulis surat, aku berniat untuk menghias rumahku dengan ornamen natal. Aku berjalan menuju gudang dan mengambil hiasan natal disana.

Aku dan peri rumahku mendekorasi ruang tamuku dan menyalakan lampu lampu disana.

Setelah menghias ruang ramu, aku berjalan jalan ke taman belakang rumahku dan duduk di bangku taman itu. Salju yang memenuhi taman ini mulai mencair menandakan bahwa sebentar lagi musim salju akan berakhir dan musim semi akan tiba.

Entah apa perasaanku saja atau tiba tiba langit menjadi gelap. Sebuah asap hitam muncul di langit dan asap itu semakin turun dan mendekat ke arahku.

Boshhhhh

Asap hitam itu jatuh tepat di depan tempatku duduk sekarang ini. "Bloody hell, draco! Bagaimana jika para muggle melihatmu!" Ucapku.

"Tidak mungkin. Para muggle tak bisa melihat hal seperti itu" Ucapnya.

"Kau sudah menerima suratku?" Tanyaku. "Ya, sudah. Ayahmu ada disana. Dia menyuruhku kemari untuk menemanimu karena para death eaters mulai menggunakan manorku sebagai tempat rapat mereka"

"Kau mau masuk?" Tawarku.

"Ya, tentu saja"

Kami berdua masuk dan duduk di ruang perapian rumahku. Draco meletakkan kepalanya di pangkuanku dan memejamkan matanya.

Forever With You || ✅Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora