39. Pregnant

1.2K 140 5
                                    

Sudah 2 tahun aku dan draco menjalani status sebagai suami istri dan sudah 2 tahun pula aku dan draco belum memiliki pewaris malfoy.

Tentang elisa, 2 tahun ini dia sering berkunjung kemari. Draco pun tak keberatan dengan hal itu. Malah draco bilang dengan kunjungan elisa kemari bisa membuat ku tak bosan berada di rumah. Tetapi draco melarang ku memberi tahu narcissa tentang keberadaan elisa yang sering berkunjung kemari.

Setahuku, hari ini waktunya elisa menjalani liburan musim panasnya. Pagi ini aku menyiapkan sarapan di dapur sementara draco bersiap siap pergi bekerja.

Setelah sarapan siap, aku memanggil draco untuk turun dan menikmati sarapan nya.

Kling...

Baru saja kita berdua duduk di meja makan, seseorang memencet bel rumah kami. "Aku saja yang membukanya." Ucap draco.

Aku tak mungkin menikmati sarapan ku sendiri tanpa draco. Akhirnya aku memutuskan untuk ikut keluar mengecek siapa seorang yang bertamu di pagi hari ini.

Aku pun berjalan menuju pintu. "Siapa drac-- elisa!" Aku memeluk gadis berusia 13 tahun itu. Elisa sekarang tumbuh menjadi gadis cantik dengan kulit putih, mata biru dan tubuh tinggi ideal. Elisa juga bercerita padaku bahwa ia sering mendapatkan surat cinta dari teman seangkatan nya. Memang ia sangat terbuka kepadaku dibandingkan bibinya yang selama ini memperlakukan elisa dengan kasar.

"Kau sudah sarapan?" Tanya draco kepada elisa. Elisa mengangguk dengan senyum terukir di wajah manisnya.

"Emm begini saja. Malam ini kau menginap disini, ok? Dan besok draco akan mengantarkan mu pulang."

###

Siang ini aku menghabiskan waktu bersama elisa di perpustakaan. Elisa rupanya cukup tertarik dengan salah satu buku herbology disini.

"Kau suka buku herbology, ya?"

"Yeah. Aku sering membantu prof. Longbottom merawat tanaman tanaman disana." Jawabnya.

"Longbottom? Neville Longbottom?"

"Bagaimana kau tahu?" Tanyanya. "Dia seangkatan denganku dulu. Berada di asrama Gryffindor sama seperti mu." Jelasku.

###

Pukul 19.00. Setelah makan malam, aku, draco dan elisa bersantai di ruang tamu. Aku dan elisa membaca sebuah buku fiksi penyihir sementara draco membaca koran tak jauh dari tempat kami berdua duduk.

"Emm.."

"Ada apa, elisa?"

"Aku ingin tahu bagaimana bisa kau dan uncle draco menikah. Maksudku... Kau tahu? Perjalanan cinta kalian," Ucap elisa sementara draco melipat koran yang ia baca.

"Sudah kubilang berhenti memanggil ku uncle. Sebutan itu terlalu tua untukku." Balas draco membuat ku terkekeh.

"Ck. Bagaimana? Aku ingin tahu bagaimana cara kalian berdua bertemu dan menjadi sepasang kekasih."

"Bagaimana bisa kau tiba tiba memikirkan hal itu?" Tanya draco mendekat ke arah kami dan duduk di sebelah ku.

"Hanya terlintas tiba tiba di pikiran ku." Jawab elisa sambil mengangkat bahunya.

"Jika diceritakan bisa bisa sampai menjadi sebuah buku, elisa." Ujarku.

"Ceritakan saat pertama kali kalian bertemu." Ucapanya. "Errr... Dari mana ya,"

"Ahh! Well, saat tahun ke tiga, draco--"

"Sebenarnya aku menyukaimu dari tahun pertama." Potong draco. "Ck, kau saja yang bercerita." Ucapku malas.

Forever With You || ✅Where stories live. Discover now