8. Menghalu Punya Istri

102 9 18
                                    

Pukul lima pagi, harum masakan sudah menyengat dan menyebar kemana-mana. Kukuh yang baru menyelesaikan ibadah salat subuh, segera melipat sajadahnya. Tanpa melepas sarungnya, dia bergegas ke dapur untuk melihat siapa gerangan yang sudah masak sepagi ini. Kalau Elleana jelas tidak mungkin, Elleana lebih suka bangun kesiangan.

Saat sampai dapur, matanya membulat sempurna saat melihat Eci yang tampak asik mengaduk sesuatu dalam panci. Rambut Eci dicepol asal, perempuan itu masih mengenakan piyama tidur. Air liur Kukuh seakan menetes deras melihat pemandangan yang indah ini.

"Jadi gini rasanya kalau punya istri. Pagi-pagi sudah melihat pemandnagan sexy," bathin Kukuh mengelus dadaanya naik-turun.

Kukuh berjalan mendekati Eci. Ia melihat di meja makan yang sudah ada tempe, telur, sambal cobek dan nasi. Kukuh melirik ricecooker yang ada di sudut dapur. Ricecookernya rusak, pakai apa Eci menanak nasi pagi ini?. Melirik ke wastafel, ada penanak nasi yang belum dicuci.

"Wah ini kucing kecil hebat juga ya masaknya," puji Kukuh mencuri-curi pandang ke arah Eci.

Eci menengokkan kepalanya. Ia melihat Kukuh yang memakai sarung, mata gadis itu berbinar-binar kegirangan.

"Wah pak Kukuh pakai sarung. Habis ngapain, Pak? Salat atau sunat?" tanya Eci mendekati Kukuh. Eci mendekatkan wajahnya ke pria itu, Kukuh memundurkan wajahnya, laki-laki itu ingin berdiri, tapi pergerakannya dihalangi Eci. Eci menumpukan tangannya di kepala Kursi yang diduduki Kukuh.

"Pak Kukuh ganteng banget kalau pakai sarung. Nanti kalau kita sudah nikah, saya yang siapin sarungnya. Kita solat sunah dua rakaat dulu sebelum ekhem-ekhem malam pertama," bisik Eci. Kukuh merinding, ia ingin mendorong tubuh Eci, tapi tubuh bagian Dadaa biar kerasa empuknya. Kukuh segera mengenyahkan niat kotornya.

"Saya kalau solat pakai celana kain, ini sarungnya buat selimutan," jawab Kukuh asal, karena didekati Eci dia jadi tidak ada kekuatan untuk menyusun kalimat.

"Tidak peduli bapak mau pakai celana atau sarung, yang penting isinya bisa buat perang-perangan," bisik Eci. Kukuh melihat daada atas Eci, matanya hampir melotot saat melihat sesuatu yang tampak menerawang jelas.

"Seperti kamu mau pakai kutang atau batok kelapa, yang penting susuunya," jawab Kukuh. Eci buru-buru menjauhkan tubuhnya dari tubuh Kukuh. Eci lupa satu hal, dia tidak memakai Bra. Kebiasaannya saat tidur dia melepas Branya. Eci lari tunggang langgang menuju kamarnya, menyisakan Kukuh yang tergelak sampai tersedak.

Kukuh tidak bisa menghentikan tawanya. Bahkan CEO muda itu berguling-guling di lantai karena melihat kelucuan Eci. Elleana yang memasuki dapur, hanya menggaruk kepalanya bingung. Pagi-pagi sudah disuguhi tingkah absurd Eci dan Kukuh.

Eci mondar-mandir di kamar Elleana. Dia tidak menemukan tasnya. Apa-apaan ini Kukuh, dia membawa tubuhnya tapi meninggalkan tasnya. Eci sungguh kebingungan, mau pakai bra yang kemarin juga sudah kotor. Sedangkan Kukuh yang malu sama Elleana, langsung ngacir juga menuju kamarnya. Pria itu mengambil Tas Eci dan membawanya ke kamar Adiknya.

Saat membuka kamar Elleana, Kukuh melihat Eci yang tengah memilah-milah dalaman punya Elleana. Eci terkesiap saat melihat Kukuh, ia langsung menyembunyikan harta benda itu di belakang tubuhnya.

"Gak usah pakai punya Elleana, ukurannya kebesaran buat kamu. Nih tas kamu, ternyata ukuran kamu tidak lebih dari sekepalan anak SMP," ujar kukuh melempar Tas Eci.

"Dasar laki-laki biaadab, kurangajar, mesuum, laki-laki laknaat!" teriak Eci dengan kencang. Kukuh terpingkal-pingkal kembali dan ngacir menuju dapur. Sedangkan Eci menghentak-hentakkan kakinya dengan kesal. Walau dia sangat tidak waras, dia tidak suka dibuat becandaan apalagi mengenai alat vital.

"Tau gitu, tadi soupnya aku kasih racun!" maki Eci kesal.

Eci bergegas ke kamar mandi untuk bersiap-siap. Baju kerja tak lupa turut dia bawa. Di rumah ini ada predator yang suka masuk kamar orang tanpa ketuk pintu terlebih dahulu. Padahal Kukuh sendiri kalau Eci tidak ketuk pintu saat masuk ruangannya, selalu dihukum push-up sepuluh kali. Kalau Push-upnya di atas tubuh kukuh, Eci tidak masalah.

Setelah mandi, Eci merias wajahnya dengan make-up tipis. Ia memakai blous warna pastel juga celana sobek-sobek. Siapa yang akan memarahi gaya pakaian seorang tata rias, tidak akan ada. Setelah selesai, Eci menuju dapur.

"Pak Kukuh, Elle, itu ada soup masih nangkring di kompor, kenapa gak dibawa ke meja sekalian?" omel Eci saat melihat soupnya masih nangkring di kompor. Untunglah kompornya sudah dia matikan tadi saat melihat Kukuh.

"Apa iya kalau sudah nikah, setiap pagi dengerin omelan istri?" tanya Kukuh pada dirinya sendiri.

"Maaf kakak ipar, aku ambil dulu," ucap Elleana cengengesan. Dipanggil kakak ipar membuat Eci malu-malu grandong, dia mengambil duduk di sebelah Kukuh.

"Mr. Pelan-pelan, mau diambilin sarapannya?" tanya Eci menaik-turunkan alisnya.

"Hem," jawab Kukuh dengan nada datar.

"Hem berarti iya," ujar Eci mulai mengambil piring dan mengisinya dengan lauk pauk.

Sudut bibir Kukuh berkedut, ia ingin tersenyum tapi dia tahan-tahan. Bisa jatuh harga dirinya dan membuat Eci besar kepala kalau dia terlihat terkesan dengan perlakuan Eci.

"Ini, Pak. Silahkan dimakan, kalau tidak enak jangan dibuang. Saya siap menghabiskan," ucap Eci mempersilahkan Kukuh makan.

Kukuh mengangguk, mulai memakan masakan yang dimasak Eci. Nasi yang ditanak manual, tidak kalah dengan yang dimasak di ricecooker. Tidak keras dan tidak lembek, sangat pas. Kukuh melihat Eci yang hanya diam saja, gadis itu bahkan tidak berniat mengambil makanan padahal makanannya sangat enak.

"Kenapa tidak makan?" tanya Kukuh.

"Eci kalau makan pasti nunggu yang lain makan, Mas. Kalau di rumahnya, dia biasa makan sisanya ibu dan kakaknya. Katanya kasihan nasinya kalau gak dihabiskan. Aku sudah sering nyuruh dia makan duluan, tapi gak mau," jelas Elleana. Eci memelototkan matanya, malu sekali saat Elleana mengatakan itu pada Kukuh.

Walau bar-bar begini, Eci paling tidak tega melihat nasi yang tersisa. Ibu dan kakaknya kebiasaan makan tidak dihabiskan. Daripada dibuang Eci lah yang makan, tapi tetap saja ditambah nasi lagi dan lauk pauk. Kukuh menghela napas mengetahui satu hal, ia mengambil piring dan mengambilkan nasi dengan berbagai lauk pauk untuk Eci.

"Makan!" titah Kukuh.

"Nanti saja," jawab Eci menyodorkan kembali piringnya.

"Makan Eci. Dan Elleana, habiskan makanannya!" titah Kukuh lagi.

"Siap, Mas," jawab Elle.

"Eci, setelah ini saya mau membicarakan kontrak perjanjian yang wajib kamu turuti!" ujar Kukuh mengelus rambut Eci. Eci mendongak, sadar dengan apa yang dilakukan, Kukuh segera menjauhkan tangannya dari rambut Eci.

"Dasar tangan lancang!" maki Kukuh menatap telapak tangannya tajam. 

Pelan-pelan, Mas!Where stories live. Discover now